Selasa, 22 Februari 2011

Seminar Pendidikan Nasional di USI Dihadiri Mendiknas

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) RI Prof Dr Ir Muhammad Nuh akan menjadi pembicara seminar Pendidikan Nasional yang digelar Sumatera Research and Development Centre (SuReDC) bekerjasama dengan Universitas Simalungun (USI), Sabtu (26/2).
Ketua Panitia Dr Togu Harlen Lumbanraja, didampingi Drs Anggiat Sinurat MSi, kepada METRO, Selasa (22/2), mengatakan, sejak dulu Kota Pematangsiantar diketahui sebagai salahsatu kota tujuan pendidikan. Akan tetapi saat ini, mulai surut seiring berkembangnya zaman, pelajar makin tak terkontrol.
Atas dasar itu, kata Togu, SUReDC bekerjasama dengan USI untuk menghadirkan Mendiknas dan pejabat lainnya memberikan arahan, ataupun petunjuk bagaimana caranya mengembalikan Kota Pematangsiantar menjadi kota pendidikan.
Anggiat menambahkan, dalam seminar yang bertema ’Kota Pematangsiantar menuju Education Center di Sumatera Bagian Timur, diharapkan kepada Bupati Simalungun JR Saragih dan Wali Kota Hulman Sitorus SE melanjutkan visi dan misi menjadikan Kota Siantar sebagai kota pendidikan. ”Selain menteri pendidikan, kita akan menghadirkan Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional RI, yang akan menjelaskan peran dan fungsi Perguruan Tinggi di era otonomi daerah melalui Tridarma Perguruan Tinggi. Koordinator Kopertis Wilayah I Sumut NAD Prof Ir Nawawiy Lubis M Phil MSc PhD juga akan menjelaskan prospek otonomi pendidikan di era otonomi daerah,” papar mereka.
Togu mengatakan, selain Bupati Simalungun dan Wali Kota Siantar, Ketua DPRD Simalungun dan Ketua DPRD Siantar juga akan memberikan penjelasan peranan DPRD mengawal otonomi pendidikan di Siantar dan Simalungun.
Read More

Eks Pedagang SMAN 4 Dimodali

Para pedagang yang sebelumnya menggelar dagangan di depan SMAN 4 dimodali Pemko Pematangsiantar. Tak hanya itu, para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) itu diberi Kartu Izin Berjualan (KIB), untuk mendapat tempat di areal Siantar Square.
Demikian disampaikan Wali Kota Siantar Hulman Sitorus, sebelum menyerahkan dana bantuan modal dan KIB kepada delapan pedagang eks SMAN 4 yang dipindahkan ke areal Sutomo Square, di Kantor Camat Siantar Selatan, Selasa (22/2). Dalam acara itu hadir Area Manager Bank Mandiri Aditya Widianto, Kakan PIT Rudi Dipo Silalahi, Asisten II Drs Samuel Saragih, Kabag Humas Drs Daniel Siregar, Camat Siantar Selatan Dra Serta Ulina Girsang, Kabag Perekonomian Piter Nadeak, dan para Lurah se-Kecamatan Siantar Selatan.
Hulman Sitorus mengatakan, para pelaku UMKM sangat penting untuk diberdayakan, karenanya, Pemko Pematangsiantar akan terus membenahi, membina, bahkan akan berusaha memberikan bantuan modal.
Pada kesempatan itu, wali kota mengatakan, untuk membantu pengambangan UMKM diharapkan seluruh pedagang, khususnya yang berjualan di Sutomo Square menjaga keamanan, kebersihan dan ketertiban lingkungan berjualan. “Yang tak kalah pentingnya adalah tidak menambah atau melakukan perubahan atas bentuk fisik bangunan, tidak melakukan pengalihan hak maupun jual beli lapak tanpa persetujuan pemerintah dan Bank Mandiri,” imbau Hulman.
Wali Kota juga meminta pedagang menjaga kepercayaan dalam melaksanakan kerjasama antara pemko dan Bank Mandiri. Dikatakan dia, bantuan Bank Mandiri itu diharapkan dapat meningkatkan pendapatan pedagang secara global, menambah lapangan kerja, peningkatan usaha mikro dan menghidupkan suasana yang nyaman di Pematangsiantar pada malam hari. “Saya harap Bank Mandiri tidak bosan-bosannya membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Siantar dan tetap menjadi mitra yang baik bagi pemerintah untuk membangun Kota Pematangsiantar menuju Siantar Mantap, Maju dan Jaya,” kata Hulman.
Area Manager Bank Mandiri Aditiya Widianto mengatakan, Bank Mandiri siap menjadi mitra pemerintah dalam membangun Kota Siantar, khususnya pengembangan UMKM. “Kami berharap para pedagang jangan membuat kecewa pemerintah yang telah membuat program pengembangan di bidang UMKM,” ujarnya.
Dra Serta Uliana Girsang dalam laporannya menyampaikan, penyerahan bantuan dana modal dan KIB diberikan kepada delapan pedagang eks SMAN 4. Masing-masing pedagang diberikan bantuan modal sebesar Rp3 juta, dan KIB untuk berjualan di Siantar Square.
Read More

Ephorus HKBP Doakan & Berangkatkan Dina

Pirma Tondim Jala Marsihohot
TAPTENG-METRO; Dina Riana Samosir mendapat dukungan penuh dari HKBP. Sebagai Calon Bupati Tapteng periode 2011-2016, Dina yang juga merupakan Jemaat HKBP didoakan dan diberangkatkan secara khusus. Kebaktian doa pemberangkatan Dina langsung dipimpin oleh Ephorus Pdt Dr Bonar Napitupulu, Selasa (22/2) di Gereja HKBP Pandan, Tapteng.
“Ada dua kategori pemimpin sesuai iman Kristen, yakni pemimpin yang dipilih dan yang direstui Tuhan Allah. Pemimpin yang dipilih Tuhan Allah adalah pemimpin yang diberkati. Karena itu hendaklah berserah diri sepenuhnya kepadaNya, agar apa yang dicita-citakan dapat diberikan oleh Tuhan Allah,” jelas Ephorus HKBP, Pdt Dr Bonar Napitupulu dalam kotbahnya yang diambil dari nats Alkitab Josua 1:7.
Dikatakan Ephorus, meskipun segala persyaratan uji kelayakan sesuai peraturan dunia telah dipenuhi, namun sebagai orang percaya maka haruslah menjadi pemimpin yang layak di hadapan Tuhan. “Yang sudah dipilih Tuhan Allah untuk menjadi pemimpin, maka jadilah kehendakNya. Panggilan itulah yang melayakkannya,” tandas Ephorus.
Ephorus juga menekankan, agar tetaplah mengandalkan Tuhan dalam tugas dan tanggungjawab kepemimpinan. Dan barang siapa yang mengandalkan Tuhan, maka akan mendapat banyak tantangan. Alani I, pir ma tondim jala marsihohot (Karena itu, kuatkanlah hati dan teguhlah),” tandas Ephorus yang merupakan petuah kepada Dina dihadapan ratusan jemaat HKBP yang mengikuti kebaktian tersebut.
Namun, lanjut Ephorus lagi, kamu harus berhati-hati. Jangan sampai kamu melanggar firman Tuhan. Dan jangan sampai kamu tidak melakukan apa yang diminta oleh Tuhan Allah dalam firman dan perintahNya. “Jika sebagai pemimpin kamu mengingat itu, maka jadilah kehendakNya,” tutup Ephorus dalam kotbahnya.
Sebelumnya, pimpinan tertinggi HKBP ini sempat menyinggung soal banyaknya tudingan yang menyatakan bahwa dirinya telah “ditarik” untuk kepentingan politik. Pada kesempatan itu Ephorus menyatakan bahwa selama ia memimpin HKBP, ia tidak pernah terlibat langsung dalam kancah politik praktis.
“Banyak SMS (pesan singkat) yang sampai kepada saya yang menuding saya telah “ditarik” dan berpolitik praktis. Padahal selama saya menjadi Ephorus, saya tidak pernah berpolitik praktis, seperti mencampuri kampanye atau tahap pendaftaran dan lainnya,” terangnya.
Namun, Ephorus menegaskan bahwa tidak ada satu orangpun di dunia ini yang dapat menghalanginya dalam mendoakan dan merestui siapa saja Jemaat HKBP yang akan melakukan pekerjaan besar, seperti halnya menjadi pemimpin di tengah-tengah masyarakat.
“Itu harus dipahami dan disikapi secara positif,” tandas Ephorus sembari menyayangkan sikap beberapa Pendeta HKBP yang kurang memahami pelayanan kepada jemaatnya.
Turut mendampingi Ephorus, Ompu Boru, TSR Br Sitanggang dan Sekjen HKBP, Pdt R Hutahaean MTh beserta istri Br Gultom dan segenap petinggi HKBP rombongan dari Kantor Pusat, Praeses Distrik X Sibolga, Pdt RJ Simamora STh.
Sementara itu, Dina Riana Samosir dalam sambutannya menyatakan bahwa momen ini merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan. Kata Dina, suatu kehormatan yang luar biasa dan tidak terlupakan, di mana Ephorus langsung memberinya dukungan penuh.
“Memang banyak tantangan yang saya hadapi dalam kapasitas saya sebagai calon bupati. Apalagi karena saya merupakan seorang perempuan. Namun, atas doa dan restu dari segenap pihak, khususnya Ompu Ephorus HKBP, saya yakin dapat melewatinya,” tandas Dina.
Dina mengatakan, niatnya maju sebagai calon bupati adalah murni untuk melanjutkan program pembangunan yang sebagian masih belum terwujud. “Semoga dengan dukungan masyarakat dan terutama atas dasar pilihan Tuhan Allah, saya mampu membawa dan mewujudkan program pembangunan tersebut. Demi kemajuan dan kesejahteraan rakyat Tapteng,” pungkas Dina. Usai kebaktian, para jemaat yang mengikuti kebaktian antusias memberi salam dukungan kepada Dina.
Read More

Maria br Siahaan, Dipolisikan Putri Kandung Gara-gara Jagung (1)

Sekolah Sampai Kelas 3 SD, Menikah di Usia 17 Tahun
Sederhana dan apa adanya. Itulah gambaran awal saat bertemu Maria br Siahaan atau Oppung Managara. Ketika ditemui di kediamannya di Dusun Sibaganding, Nagori Janggir Leto, Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun, wanita 90 tahun ini menuturkan kisah hidupnya. Tentunya dengan keterbatasan ingatan yang ‘dikikis’ usia.
Hery M Purba-Simalungun


Maria menjadi bahan pemberitaan setelah jaksa Kejaksaan Negeri (Kejari) Simalungun menuntutnya dengan hukuman penjara selama tiga bulan karena tuduhan mencuri jagung. Ironisnya, tuduhan tersebut dilakukan putri kandungnya, Darmauli br Napitupulu (45).
Saat berbincang-bincang tentang kehidupannya, wanita yang memiliki tujuh anak, 36 cucu, dan 25 cicit ini, harus ‘bekerja keras’ mengingat-ingat. Maklum, usianya sudah hampir satu abad, sehingga daya ingatnya sudah jauh berkurang.
Sembari duduk di kursi di teras rumah peninggalan almarhum suaminya, Zacheus Napitupulu, Maria mengaku sudah banyak lupa tentang jalan hidupnya. Setelah ‘penuh perjuangan’ Maria ingat ia lahir di Balige, 15 Agustus 1920. Ia sempat merasakan pendidikan di sekolah. Meskipun hanya hingga kelas 3 Sekolah Rakyat (setingkat Sekolah Dasar).
Maria terpaksa berhenti sekolah demi membantu kedua orangtuanya, Andreas Siahaan dan Farida Samosir. Sebagai anak tertua dari sembilan bersaudara, Maria menghabiskan masa remajanya untuk mengasuh saudara-saudaranya.
Saat usianya 17 tahun, Maria yang sudah remaja dilamar Zacheus Napitupulu. Oleh sang ayah, lamaran tersebut diterima tanpa terlalu banyak persyaratan. Sehingga kemudian Maria menikah dengan Zacheus.
Setelah resepsi pernikahan digelar sesuai adat Batak, Maria resmi menjadi istri Zacheus, yakni pada 26 Juli 1937. Sejak itu, Maria tinggal dengan suaminya di kawasan BDB Kota Pematangsiantar. Keluarga tersebut tinggal di kawasan BDB hingga memiliki tiga anak.
Sehari-hari, selain mengurus rumah tangga, Maria turut membantu suaminya bekerja di ladang. Selain itu, ia juga berjualan ke pekan-pekan. Itu semua dilakukan untuk menambah penghasilan suami demi membiayai kebutuhan keluarga, termasuk pendidikan anak-anaknya.
Tak sia-sia. Hasil kerja keras setiap harinya, Maria dan suami mampu menyekolahkan anak-anak mereka. Terbukti, ada anak yang menjadi guru dan tentara.
Kumpulan Marga
Siahaan Siap Bantu
Bila majelis hakim Pengadilan Negri (PN) Simalungun tidak memvonis bebas terhadap Maria, maka kumpulan marga Siaahan (Somba Debata) Siantar-Simalungun, siap memberikan bantuan hukum untuk membebaskan Maria.
Pernyataan itu disampaikan keturunan Somba Debata Siantar Simalungun, saat menjenguk Maria di kediamannya, Selasa (22/2). Keturunan Somba Debata yang terdiri atas keturunan Marhite Ombun, Raja Hinalang, Juara Monang, Tuan Pangorian, Namora I Tano, Tuan Manggellam, dan Tuan Nauli, tidak terima Maria divonis hukuman badan.
“Ini kan persoalan keluarga. Lagipula barang yang diambil juga tidak banyak, dan lokasi pengambilan di ladang sendiri,” kata Tagor Siahaan, keturunan Somba Debata.
Pada prinsipnya, kata Tagor, pihaknya menghormati proses hukum yang dijalankan, dan tidak berniat mengintervensi aparat hukum yang menyidangkan perkara. Namun pihaknya meminta majelis hakim membuka hati nurani dalam putusannya.
Kunjungan yang diprakasai DM Ater Siahaan ini dilakukan untuk memberikan dukungan moril kepada Maria agar tabah dan kuat menghadapi persoalan hukum yang dihadapinya, termasuk menghadapi perbuatan putrinya, Darmauli br Napitupulu.
“Marga Siahaan tidak akan membiarkan keturunan Somba Debata teraniaya, baik yang disebabkan orang lain, maupun keluarga sendiri,” kata Ater.
“Semoga Tuhan mengubah sikap dan pemikiran Darmauli,” sahut Ama Jonggara Siahaan.
Ama Jonggara menambahkan, pihaknya tidak ingin Darmauli mendapat hukuman yang tidak kelihatan dari Tuhan. “Hukum di bumi belum seberapa dengan hukum dari Tuhan,” ujarnya.
Ditambahkan St S Siahaan, anak tidak dapat membayar pengorbanan orangtua yang sudah bersusah payah melahirkan dan memperjuangkan mereka hingga dewasa, serta memenuhi kebutuhan hidup.
“Susah payah orangtua menyekolahkan dan membuat anaknya bekerja, seharusnya dibayar dengan perhatian, bukan malah menelantarkannya,” tukasnya.
Maria sendiri, seraya menangis mengucapkan terima kasih kepada hula-hula-nya. “Mauliate ma hu dok tu hamuna hula-hula nami, di haburjuan muna i. Ai adong dope na marasi roha mangida au, dang songon anak-kon niba (terima kasih kepada hula-hula atas kebaikan kalian. Masih ada ternyata yang peduli kepadaku, tidak seperti anak-anakku, red),” kata Maria yang mengaku tidak bisa tidur karena memikirkan tingkah laku anak-anaknya.
Selain memberikan kata penghiburan, keturunan Somba Debata juga memberikan boras si pir ni tondi kepada Maria dan putrinya, Runggu br Napitupulu, yang juga dituduh mencuri jangung oleh Darmauli. (bersambung)
Read More

Kapoldasu Bertekad Berantas Judi

Pihak jajaran Kepolisian Daerah Sumatra Utara (Poldasu) bertekad memberantas berbagai bentuk perjudian yang tengah marak di Sumut khususnya Kota Medan.

Rencananya, bila diperlukan, untuk memberantas perjudian, Poldasu bekerjasama dengan Kodam I/BB membentuk tim khusus berantas judi.

"Supaya judi itu berhenti kita juga sedang mengincar bandar-bandar judi yang selama ini melakukan kegiatan di Sumatera Utara," tukas Kapoldasu Irjen Pol Oegroseno usai memimpin sidang perkara narkoba yang melinatkan salah satu oknum perwira di Sat Narkoba, Senin (21/2) kemarin.

Dikatakannya, pihaknya juga akan menurunkan sanksi kepada seluruh oknum polisi yang terlibat dalam backing judi. "Kita akan memberikan sanksi tegas dan cukup berat, tanpa ada kata toleran untuk itu, tak hanya sanksi administrasi saja yang dikenakan bahkan hingga ke sanksi pemecatan," jelasnya sembari menyatakan pihaknya telah memerintahkan seluruh jajaran untuk bergerak memberantas perjudian di Sumut khususnya di Kota Medan.

Sebagai bukti keseriusan pihaknya juga sudah menggelar kerjasama dengan pihak TNI.

Lebih lanjut, Kapoldasu mengutarakan apapun bentuk judinya baik judi togel, samkwan, judi bola, mikeymouse dan lainnya harus segera ditertibkan.

Terkait masih maraknya kawasan perjudian seperti judi samkwan di tanah garapan Helvetia dan kawasan Sunggal, judi togel merata di berbagai kawasan di Medan, Kapoldasu mengutarakan pihaknya akan mengkoreksi sekaligus mengevaluasi terhadap seluruh jajaran.

Bukan Semata

Dalam kesempatan itu Kapoldasu juga mengutarakan pemberantasan perjudian bukan hanya semata tugas kepolisian saja tetapi juga memerlukan peran serta masyarakat untuk melaporkan langsung kepada pihak kepolisian apabila ada permainan judi di kawasan tempat tinggalnya.

"Dengan masyarakat yang kritis, maka pemberantasan judi di Sumut dapat maksimal bahkan judi bisa hilang dengan sendirinya apabila pemberantasannya atas dasar dukungan kesadaran masyarakat itu sendiri," jelas Kapoldasu.

Sebelumnya,Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga beberapa waktu lalu mengutarakan Polresta Medan tetap komit memberantas berbagai bentuk perjudian di Medan.

Kedepannya,tambahnya, bila ditemukan ada oknum petugas khususnya Polresta Medan terlibat menjadi backing perjudian pihaknya akan tindak tegas oknum tersebut.

"Kami tidak pandang bulu dalam memberantas praktik perjudian di Medan," tukasnya.
Read More

IPB Hari Ini Umumkan Soal Susu Formula

Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono mengatakan pihak Institut Pertanian Bogor akan mengumumkan kasus susu formula di Kantor Kementerian Kesehatan, pada Rabu (23/2) hari ini.

"Besok IPB melalui rektornya akan membuat pengumuman soal susu formula," kata Agung Laksono kepada wartawan di kantor Kementerian bidang Kesejahteraan Rakyat, Selasa (22/2).

Agung menjelaskan, beerdasarkan laporan yang dia terima dari Kementerian Kesehatan pihak IPB akan mengumumkan secara proporsional terkait permasalahan susu formula tersebut.

Pengumuman itu akan dilakukan sebelum melakukan rapat kerja dengan DPR. Namun demikian, Menko Kesra tidak bisa memastikan secara langsung apakah pihak IPB akan menyebutkan merek-merek susu formula tersebut.

"Laporan sementara yang saya terima adalah membuat pengumuman soal susu formula secara proporsional, namun saya tidak mendapat laporan pasti apakah rektor IPB akan menyebutkan soal merek," katanya.

Namun Menko menambahkan, pengumuman itu akan dilakukan sesuai dengan etika pendidikan dan penelitian.

Sementara itu, Menko Kesra juga meminta masyarakat untuk tidak khawatir dengan susu formula yang tengah beredar pada saat ini.

Pasalnya pihak BPOM telah melakukan penelitian lanjutan dan terbaru yang membuktikan bahwa susu formula yang beredar di pasaran aman untuk di konsumsi.

"Penelitian yang dilakukan IPB dilakukan pada tahun 2003 hingga 2006 sementara pada saat ini Kementerian Kesehatan dan BPOM telah melakukan penelitian lanjutan yang menyebutkan bahwa susu formula yang beredar di pasaran Indonesia aman untuk dikonsumsi yang terpenting melakukan cara penyeduhan yang baik dan bersih," katanya.

Namun Agung menyatakan jika pemerintah siap bertanggung jawab dan menanggung semua biaya pengobatan jika terbukti ada bayi yang terkontaminasi bakteri "enterobacter sakazakii"

Selain itu, Menko Kesra juga memastikan bahwa pengumuman susu formula tersebut dilakukan bukan atas desakan siapapun termasuk pemerintah.

Bahkan dia menyebutkan jika dalam pertemuan antara Presiden dengan seluruh menteri Kabinet Indonesia Bersatu II tidak ada pembahasan mengenai kasus susu formula. (Ant)
Read More

Atasan Gayus Tambunan, Maruli Divonis Ini

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sidang vonis mantan Kepala Seksi Pengurangan keberatan banding Ditjen Pajak, Maruli Pandapotan, akan diputuskan hari ini. Maruli merupakan atasan Gayus Halomoan Partahanan Tambunan saat menangani keberatan PT Surya Alam Tunggal (SAT).

"Rencananya sidang putusan vonis Maruli Pandapotan," kata Humas Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Ida Bagus Dwiyantara, melalui pesan singkat kepada Republika, Rabu (23/2).

Sebelumnya, Maruli dituntut Jaksa Penuntut Umum hukuman pidana selama lima tahun dan denda sebesar Rp 100 juta subsidair lima bulan. Maruli dikenakan pasal 3 juncto pasal 18 Undang Undang 20/2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi juncto pasal 55 ayat 1 ke-1 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (KUHP).

Maruli dianggap terlibat dalam penanganan keberatan kasus PT SAT bersama Gayus dan rekannya sesama penelaah keberatan dan banding, Humala Napitupulu. Gayus telah divonis selama tujuh tahun dan Humala divonis dua tahun.
Read More

Demokrat: Bongkar Mafia Pajak Tanpa Pandang Bulu



Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum mengatakan upaya membongkar mafia pajak harus terus dilakukan tanpa membedakan orang-orang yang terlibat dalam kasus-kasus itu.

"Aparat penegak hukum harus bekerja makin keras untuk membongkar kasus mafia pajak, tanpa pandang bulu. Siapa yang bersalah segera diproses hukum secara tegas, keras dan adil," kata Anas di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, hasil rapat paripurna DPR mengenai persetujuan pembentukan pansus hak angket pajak Selasa (22/2) kemarin sudah sesuai hitungan Demokrat sejak awal.

"Tidak ada yang mengejutkan. Alhamdulillah, akal sehat lebih mengedepan," ucapnya, menegaskan.

Ia menuturkan, pascarapat paripurna yang batal membentuk pansus angket pajak itu, DPR dan partai-partai harus mendorong dan mengawasi proses penegakan hukum terhadap para mafia pajak.

"DPR harus memastikan daya bongkar aparat penegak hukum menjadi makin kuat dan efektif," tuturnya.

Rapat paripurna DPR dengan agenda pembentukan pansus angket pajak akhirnya memutuskan menolak usulan itu, setelah dalam pemungutan suara 266 anggota yang dipimpin Partai Demokrat menolak, sementara jumlah pendukung hak itu 264 anggota yang dipelopori Partai Golkar.

Partai Demokrat bersatu bersama PAN, 26 anggota PKB, PPP dan Gerindra menolak usulan yang diduga hanya untuk mempolitisasi upaya pemberantasan mafia hukum yang sedang berjalan saat ini.

Sementara Partai Golkar menggandeng PKS, PDIP, Hanura dan 2 anggota PKB.
Read More

Beberapa WNI Belum Bisa Dihubungi di Selandia Baru



[Beberapa WNI Belum Bisa Dihubungi di Selandia Baru] Beberapa WNI Belum Bisa Dihubungi di Selandia Baru

Jakarta (ANTARA) - Juru bicara Kementerian Luar negeri Micahel Tene hari Rabu menyatakan ada beberapa WNI yang tinggal di Bhrtstchurch, Selandia Baru, yang belum bisa dihubungi KBRI Wellington sejak kota itu diguncang gempa 6,3 SR Selasa (22/2).

"Sejauh ini belum ada laporan WNI menjadi korban dalam gempa Selasa kemarin. Namun memang ada beberapa warga Indoesia yang belum bisa dihubungi. Hingga saat ini KBRI Wellington masih mencari informasi mengenai keberadaan mereka," kata Michael.

Sementara itu, Perdana Menteri Selandia Baru John Key mengumumkan keadaan darurat nasional Rabu, segera setelah gempa sangat kuat yang telah menewaskan sedikitnya 75 orang dan mengakibatkan 300 orang hilang di Christchurch.

"Kabinet telah setuju ... untuk menyatakan keadaan darurat nasional," kata Key pada wartawan di Wellington setelah pertemuan darurat kabinet, yang didorong oleh gempa berkekuatan 6,3 SR Selasa di Christchurch.

Langkah itu terjadi setelah pemerintah kota Christchurch menyatakan keadaan darurat lokal Selasa. Key mengatakan pernyataan nasional itu memberi pihak berwenang pertahanan sipil kekuasaan lebih besar di wilayah bencana.

"Pada prakteknya ini akan memungkinkan fokus paling kuat mungkin pada sumber-sumber lokal, nasional dan internasioal untuk bekerja sama mencapai kemungkinan tanggapan terbaik dalam jangka waktu paling pendek," katanya.
Read More

Menteri Minta Semua Provinsi Membentuk P2TP2A


Padang (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar meminta semua provinsi dan kabupaten/kota di tanah air untuk membentuk Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak.

"Belum semua provinsi dan kabupaten/kota membentuk P2TP2A," kata Linda Amalia Sari Gumelar saat membuka acara Musyawarah Daerah VIII Badan Koordinasi Organisasi Wanita di gedung auditorium rumah dinas gubernur Sumatera Barat, Padang, Rabu.

Linda menjelaskan, dari tahun 2002-2007 Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah memfasilitasi pembentukan 17 P2TP2A di 17 provinsi dan 80 kabupaten/kota.

"Namun demikian, belum semua P2TP2A yang telah dibentuk berjalan sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu kementerian kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pelatihan dan peningkatan kapasitas," katanya.

Menurut Linda, hal tersebut perlu menjadi perhatian karena hasil evaluasi pelaksanaan P2TP2A menunjukkan bahwa keterbatasan SDM dan infrastruktur merupakan dua hal yang menjadi kendala selama ini.

"Untuk itu kami meminta kerja sama pemerintah daerah untuk membuat program-program penguatan jaringan," katanya.

Linda menyebutkan, P2TP2A merupakan satu wadah pelayanan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang berbasis masyarakat.

P2TP2A berperan dalam upaya pemenuhan kebutuhan peningkatan pendidikan, kesehatan, ekonomi, penanggulangan tindak kekerasan terhadap perempuan dan perlindungan anak serta peningkatan posisi dan kondisi perempuan dalam masyarakat.
Read More

Agnes Monica


Profil
Nama: Agnes Monica Nick Name: Agnes
Tanggal lahir: 1 Jul 1986 Status: Single
Zodiak: Gemini Lahir di: Jakarta
Debut: Si Meong Album (1994) Situs web: http://id.wikipedia.org/wiki/Agnes_Monica
Awards and Recognitions: MTV Favorite Female Artist dalam MTV Indonesia Awards 2009

Artis multitalenta ini mengawali karirnya sejak usia enam tahun sebagai penyanyi cilik. Di usia yang masih belia Agnes meluncurkan album kanak-kanak yang melambungkan namanya sebagai penyanyi cilik. Album yang melejitkan namanya yaitu ‘Meong', ‘Yess' dan ‘Bala-bala' membawa penyanyi yang lahir di Jakarta, 1 Juli 1986 berada di jajaran penyanyi anak terpopuler di akhir tahun 1990-an.

Selain bernyanyi, Agnes dikenal sebagai seorang presenter cilik yang sukses. Setelah membawakan acara di VAN Anteve, Agnes makin dikenal setelah membawakan program acara anak di stasiun RCTI, ‘Tralala-Trilili'. Berkat penampilannya di Tralala-Trilili, Agnes memperoleh penghargaan Panasonic Award sebagai presenter cilik terfavorit pada 1999. Agnes juga sempat membawakan acara Diva Romeo di Trans TV.

Memasuki usia remaja, Agnes mulai menapaki dunia seni peran. Setelah debutnya di ‘Lupus Millenia' (1999) dan ‘Mr Hologram', Agnes membuktikan aktingnya saat membintangi sinetron ‘Pernikahan Dini' (2001) bersama Syahrul Gunawan. Agnes juga menyanyikan lagu tema sinetron ‘Pernikahan Dini'. Kesuksesan sinetron yang meraih empat penghargaan di Panasonic Award 2001 dan 2002 ini semakin melambungkan namanya.

Agnes juga membintangi beberapa judul sinetron seperti ‘Amanda', ‘Cewekku Jutek', ‘Cantik', ‘Ciuman Pertama', ‘Bunga Perawan' dan ‘Kawin Muda'.

Sinetron Cewekku Jutek di tahun 2003 membuat Agnes mendapat predikat sebagai aktris terfavorit di ajang Panasonic Award serta ‘Bunga Perawan' dan ‘Cantik' di tahun 2004 membuatnya mendapat predikat sebagai Aktris Ngetop di pagelaran SCTV Awards 2004.

Setelah sukses dengan menyanyikan lagu tema Pernikahan Dini, yaitu ‘Pernikahan Dini' dan ‘Seputih Hati', Agnes kemudian berkolaborasi dengan penyanyi Yana Julio menyanyikan single ‘Awan' dan ‘Ombak'. Album pertama yang Agnes setelah dewasa dirilis pada 8 Oktober 2003 bertitel And The Story Goes. Tak tanggung-tanggung, para pentolan musisi tenar seperti Ahmad Dhani dan Melly Goeslaw ia gaet untuk memluskan langkahnya bersaing di dunia internasional.

Album perdananya setelah dewasa mendapat sambutan luar biasa. Di ajang AMI 2004, Agnes meraih predikat Artis Pop Solo Wanita terbaik, Produksi Dance/Techno Terbaik untuk lagu bilang saja serta Duo/Grup terbaik dengan Ahmad Dhani di lagu ‘Cinta Mati'. Di tahun yang sama Agnes menyabet predikat Pendatang baru terbaik di Anugerah Planet Muzik 2005 serta Most Favorite Female pada MTV Indonesia Award 2004. Album perdananya meraih Double Platinum dengan penjualan lebih dari 300.000 ribu kopi.

Album kedua berlabel Whaddup A'? Agnes terus menunjukkan tajinya. Selain menggandeng musisi nasional seperti Dewiq, Melly Goeslaw, Andi Rianto dan lainnya, Agnes juga berduet dengan penyanyi asal Amerika Keith Martin. Martin menciptakan dua lagu dan berduet di lagu ‘I'll Light A Candle'.

Album kedua Agnes kembali melejit dengan bebrapa lagu favorit diantaranya ‘Bukan Milikmu Lagi', ‘Tanpa Kekasihku', ‘Tak Ada Logika', dan ‘Cinta di Ujung Jalan'.

Kesibukannya membuat Agnes memutuskan cuti kuliah dari Fakultas Hukum dan fokus bermusik. Hasilnya, Agnes sukses menyabet penghargaan bergengsi seperti Most Favorite Female pada ajang MTV 2006 dan Artis Solo Wanita Terbaik serta Penyanyi Rythm dan Blues Terbaik di ajang AMI Award 2006. Lima penghargaan yang ia kantongi sepanjang tahun 2006 membuatnya terpilih sebagai Aktris Terpopuler 2006.

Tak puas dengan penghargaan yang didapatnya, bintang penuh sensasi ini, berambisi untuk Go Internasional. Agnes mencoba menjajal akting dalam film The Hospital bersama bintang Taiwan yang tengah naik daun Jerry Yan yang juga salah satu personil F4. Dia juga membintangi drama Taiwan lainnya Romance In The White House dan The Romance.

Agnes menjadi penyanyi pembuka konser Boyz II Men di Istora Senayan,pada 15 Mei 2007. Sebelumnya Agnes direncanakan duet bareng Vanya, Maurice dan Shawn, namun batal karena belum ada persiapan matang.

SINETRON

Setelah beberapa tahun tak muncul dalam sinetron, Agnes kembali membintangi dua judul sinetron pada 2008, Jelita dan Kawin Massal. Di tahun yang sama, Agnes juga menelurkan sebuah single berjudul Matahariku sebagai lagu tema Jelita. Meski sinetonnya tak begitu sukses, single terbaru Agnes mendapat Platinum dengan angka downloada mencapai 1,5 juta. Agnes kembali ditasbihkan sebagai Most Favorite Female pada MTV Award Indonesia 2008.

September 2008, Agnes melepas single Godai Aku Lagi ke pasar yang juga masuk dalam album ketiganya, Sacredly Agnezious yang rilis 16 Maret 2009. Sebelumnya single Matahariku dan Godai Aku Lagi dikemas dalam CD Single berjudul NEZ. Berbeda dengan album sebelumnya, di album yang menjagokan single Teruskanlah ini ia meluncurkan dalam dua versi, berisi 10 track dan 13 track. Agnes juga terlibat langsung sebagai produser.


Agnes membuktikan ia mampu terus berprestasi. Pada bulan Maret 2009, namanya menjadi salah satu penerima penghargaan Class Music Heroes. Dan ia menjadi termuda yang menerima penghargaan ini. Di tahun yang sama, Agnes menarih predikat penyanyi solo terdahsyat versi ajang Dahsyat Award pada 19 April 2009. Meski jarang terdengar seperti tahun sebelumnya, Akhir November 2009 Agnes kembali merebut tropi sebagai Artist of The Year dan Favorite Artist pada ajang MTV Indonesia Awards 2009.
Read More

Justin Bieber Borong Bunga Buat Selena Gomez?

Rumor seputar hubungan spesial antara Justin Bieber dan Selena Gomez memang masih belum berhenti. Setelah sempat menjadi headline di beberapa media, kali ini Bieber kembali jadi berita, masih seputar hubungannya dengan Selena. Kabarnya, Bieber baru saja memborong bunga dalam jumlah besar dan semua dikirim ke rumah Selena Gomez.





Rumor seputar hubungan spesial antara Justin Bieber dan Selena Gomez memang masih belum berhenti. Setelah sempat menjadi headline di beberapa media, kali ini Bieber kembali jadi berita, masih seputar hubungannya dengan Selena. Kabarnya, Bieber baru saja memborong bunga dalam jumlah besar dan semua dikirim ke rumah Selena Gomez.

Menurut Splash News, seorang sumber yang tak disebutkan namanya baru saja memberikan informasi kalau teen sensation ini baru saja membeli bunga dalam jumlah besar. Seberapa banyak? Kurang lebih semua stok yang dimiliki toko bunga yang dipilih Bieber. Semua? Ya, semuanya! Jelas saja diperlukan satu truk untuk mengirim semua bunga ini ke alamat Selena Gomez.

"Dia (Justin Bieber) ingin memenuhi rumah Selena dengan bunga," ujar sumber yang mengaku tahu persis soal pemesanan bunga ini. Entah apa yang terjadi dengan toko bunga yang berada di Los Angeles ini tapi yang pasti ada kabar kalau Selena Gomez sangat girang saat menerima kiriman bunga dari Justin Bieber ini.
Read More

Jumat, 18 Februari 2011

Read More

El Manik


Pria Batak Perankan Ustad

El Manik aktor film dan sinetron bernama lahir Iman Emmanuel Ginting Manik. Pria kelahiran Bahorok, Sumatera Utara, 17 November 1949, ini telah membintangi lebih 30 film selama 30-an tahun karirnya. Pria Batak ini antara lain berhasil memerankan ustad dalam film "Titian Serambut Dibelah Tujuh" yang masuk nominasi peran utama FFI 1983.

Selain sebagai aktor (pemain film), El Manik juga menyutradarai beberapa film, di antaranya Pacar Dunia Akhirat (1996) dan - Panggung Sandwara (1998). Juga sempat aktif sebagai Wartawan Aktuil (1978-1982), Variasi (1982-1984), harian Pelita (1985-1986), dan Vista (1988).

El Manik menyelesaikan pendidikan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) di Binjai, Sumatera Utara pada 1969. Setamat SP, El Manik merantau ke kota pahlawan Surabaya. Di kota ini ia sempat membuka studio foto dan terbilang sukses. Namun, ia masih punya cita-cita. Ia pun mengikuti tes di Lembaga Pendidikan Musik & Film di Jakarta. Ia berhasil menjadi lulusan terbaik di lembaga tersebut.

Sebagai lulusan terbaik, Ia dijanjikan akan bermain di film layar lebar. Ia pun terlanjur menjual semua aset di studio fotonya. Tapi, ternyata lembaga pendidikan tersebut telah menipunya. Akibatnya, ia sempat mengelandang di Jakarta.

Beruntung, pada tahun 1973, kesempatan mulai datang, ia tampil sebagai figuran dalam film arahan Nawi Ismail, "Mereka Kembali". Setelah itu, pintu dunia seni peran terbentang lebar di hadapannya. Ia mulai mendapa peran pembantu dalam film "Cinta Pertama" arahan Teguh Karya dan dalam film "Kampus Biru" yang ditangani oleh Ami Priyono, serta beberapa film lainnya.

Kemudian ia mendapat kepercayaan sebagai peran utama dalam film "Jakarta Jakarta" (1979) dari Ami Priyono. Pada tahun itu juga, Teguh Karya memberinya peran sebagai opsir Belanda dalam "November 1828". Dengan peran dalam film ini, El Manik meraih Piala Citra FFI 1979 sebagai pemeran pembantu pria terbaik.

Salah satu perannya yang terbilang menarik adalah ketika pria Batak ini berhasil memerankan ustad dalam film "Titian Serambut Dibelah Tujuh". Film ini berhasil masuk nominasi peran utama FFI 1983. Sebelumnya, El Manik mengaku mendapat hidayah untuk memeluk Islam setelah bermain dalam film karya Asrul Sani, “Titian Serambut Dibelah Tujuh” yang beredar di bioskop sekitar tahun 1982.

Ia pun beberapa kali masuk sebagai nominasi aktor terbaik. Nominasi Aktor Pembantu Terbaik FFI 1980 dalam film "Gara-gara Istri Muda". Nominasi Aktor Pembantu Terbaik FFI 1981 dalam film "Dr. Siti Pertiwi Kembali ke Desa". Nominasi Aktor Utama Terbaik FFI 1983 dalam fil "Titian Serambut Dibelah Tujuh". Nominasi Aktor Utama Terbaik FFI 1983 dalam film "Jaka Sembung dan Bajing Ireng". Nominasi Aktor Utama dalam "Biarkan Bulan Itu" dan Aktor Pembantu Terbaik FFI 1987 dalam "Tujuh Manusia Harimau".

Namun baru tahun1984, dalam FFI di Yogyakarta, El Manik meraih Piala Citra untuk pemeran utama pria terbaik lewat film "Budak Nafsu" arahan Sjumandjaja.

Selain itu, El Manik telah meraih Piala Citra FFI 1979 sebagai Aktor Pembantu Terbaik dalam film "November 1828"; Piala Citra FFI 1984 sebagai Aktor Terbaik dalam film "Budak Nafsu"; Piala Citra FFI 1985 sebagai Aktor Pembantu Terbaik dalam film "Carok"; Festival Film Asia Pasifik 1985 sebagai Best Supporting Actor dalam film "Jejak Pengantin"; Aktor Terpuji di Festival Film Bandung 2001 di sinetron "Senandung"; Piala Citra FFI 2006 sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik dalam film "Berbagai Suami". Ia juga meraih gelar best supporting actor dalam Festival Film Asia Pasifik 1985 di Tokyo melalui film "Jejak Pengantin".

Setelah industri film nasional kolaps pada tahun 1990-an, El Manik membintangi beberapa sinetron. Di antaranya, "Abad 21", "Terpesona", "Senandung", "Cintaku Terhalang Tembok", "Benar Benar Cinta", dan "Titipan Illahi". El Manik pun sempat menjajal kemampuannya sebagai sutradara, antara lain di film televisi "Pacar Dunia Akhirat" (1996), sinetron "Panggung Sandiwara" dan "Shakila".

Kemudian, saat dunia perfilman Indonesia kembali bernafas, ia pun ikut berperan. Antara lain dalam film "Beth" (2002), "Biarkan Bintang Menari" (2003), "Berbagi Suami" (2006), "Maskot" (2006). Bahkan ia meraih pemeran pendukung pria terbaik Festival Film Indonesia 2006 dalam film "Berbagai Suami", arahan sutradara Nia Dinata. ?
Read More

Ratu Opera Batak dari Tiga Dolok boru batak Zulkaidah br Harahap


Ngeri-ngeri sedap! Itulah ungkapan cerdas sarat makna dari Zulkaidah br Harahap (60), mantan maskot opera Batak pimpinan Tilhang Gultom pada 1960-an hingga awal 1970-an. Konteks ucapan Zulkaidah br Harahap, yang amat populer dengan panggilan boru Harahap itu, sebetulnya sederhana. Bahwa, menjadi seniman tradisi seperti yang ia geluti selama ini ternyata penuh dinamika. Suka dan duka kerap berjalan beriring. Jarak yang memisahkan keduanya pun terkadang begitu tipis meski di lain waktu bisa begitu jauh merentang; ibarat bumi dan langit. Apalagi ketika nasib opera Batak yang ia geluti sejak tahun 1963 kini sudah lebih dari dua dekade mati suri. Zulkaidah pun dipaksa menerima kenyataan jauh lebih buruk. Bukan saja ia kehilangan panggung seni yang menghidupinya, tetapi sekaligus kehilangan kesempatan memenuhi wasiat (alm) Tilhang Gultom agar ia tetap bisa menghidupi seni tradisi yang ikut membesarkannya tersebut. Agar bisa bertahan hidup, Zulkaidah harus berjualan tuak dan kacang goreng keliling. Ikut kapal penyeberangan Danau Toba dari Tuktuk ke Tomok di Pulau Samosir sudah kerap ia jalani. Setiap ada keramaian di desa-desa yang bisa ia capai, tentu akan didatanginya.

Namun, satu hal yang tak pernah ia lupakan, ke mana pun pergi aneka jenis sulim—seruling khas yang biasa ia gunakan untuk mendendangkan lagu-lagu opera Batak—selalu menyertainya, bahkan di kala tidurnya. “Sambil jual tuak dan kacang goreng, ketika lagi tidak ada pembeli, kutiuplah sulim dalam irama lagu ungut-ungut (lagu kesedihan). Pernah sekali waktu, saat aku tiup sulim sambil duduk di pokok kayu tak jauh dari pesta keramaian, eh, datang bapak-bapak. Katanya, ’Namboru, sedih ’kali, ya, suara sulim-nya.’ Lalu orang pun satu per satu datang. Pokoknya ramai,” ujar Zulkaidah. Alhasil, tambahnya, tak ada lagi orang ke pesta itu. “Semua ngerubungi aku. Pemilik pesta pun datang, bayarin tuak dan kacang goreng. Dia borong semua, tapi dengan syarat aku dimintanya pergi. Kejadian seperti itu sering terulang di banyak tempat,” katanya. Kini pun, meski tak lagi jualan keliling lantaran usianya kian senja, ia masih berjualan tuak serta sedikit penganan di kedai kopinya di tepi jalan raya Desa Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Di salah satu tiang penyanggah, tak jauh dari tempat penggorengan, tersangkut kantong kain lusuh berisikan peralatan sulim, yang hingga kini masih setia menemani Zulkaidah.

Ditemui pada suatu malam gerimis di Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) di Pematang Siantar, beberapa waktu lalu, Zulkaidah begitu energik ketika memainkan sulim dan hasapi (kecapi dua tali) secara bergantian. Sesekali vokalnya yang bening muncul ke permukaan lewat nyanyian onang-onang (tentang adat istiadat) dan ungut-ungut. Pada masanya, berkat talenta bermain sulim dan vokalnya yang bening itu, Zulkaidah tak ubahnya bagai “ratu” yang selalu ditunggu kemunculannya di atas panggung opera Batak. Sejak bergabung sebagai tukang masak dan penjaga anak-anak para pemain opera Batak pada usia 13 tahun, Zulkaidah sudah merasakan pahit getir hidup di tengah komunitas seni tradisi. Sampai kemudian “karier”-nya meningkat menjadi pemain, pemusik, dan pelantun lagu-lagu opera Batak, ia pun tampil bagai sri panggung yang diidolakan. Apalagi sejak suara beningnya mulai di-”rekam” dengan tape recorder saat ia diundang ke rumah orang-orang kaya, Zulkaidah mengaku serasa bagai hidup di atas awan. Katanya, “Seperti melayang-layang. Ke mana-mana dijemput naik sedan.” Bahkan, setelah bangkrut pun ia mengaku masih “melayang-layang” bila ada wartawan datang, difoto-foto, dan masuk koran. Tak peduli para tetangga kerap men-cemeeh-nya sebagai seniman penjual kacang goreng. Lebih-lebih saat Rizaldi Siagian (etnomusikolog yang saat itu, 1989, masih sebagai dosen di Universitas Sumatera Utara) datang ke gubuknya. Rizaldi mengajak Zulkaidah pergi untuk ikut pentas di tempat yang baginya bagai tak terjangkau: New York, Amerika Serikat. “Ke Amerika! Ya, ke Amerika. Ini foto-fotonya dan ini fotokopi koran-koran orang Amerika tentang kami. Lalu, ini piagam dari panitia dan dari pemerintah,” kata Zulkaidah begitu antusias. Juga ketika ia bercerita tentang lawatan mereka ke Jepang.

Dua sisi mata uang
“Opung meninggal tahun 1973. Sebelum meninggal, ia minta agar aku meneruskan kelangsungan grup opera Batak yang telah ia bangun dengan susah payah. Kata dia, ’Boru Harahap, jangan kau sia-siakan usaha ini. Kalau kau sia-siakan, awas kau!’ Begitu Opung bilang, seperti mengancam,” kata Zulkaidah mengenang awal dari peristiwa kebangkrutan opera Batak yang ditinggalkan Tilhang Gultom, sang pendiri. Tak ada catatan persis bagaimana kehadiran jenis opera yang lebih mirip teater keliling ini di tanah Batak. Namun, yang pasti, nama Tilhang Oberlin Gultom selalu dikaitkan sebagai pemicu “kelahiran”-nya pada 1920-an ketika ia menggelar tontonan ini di pedalaman Tapanuli Utara. Adapun istilah opera Batak itu sendiri dilekatkan Diego van Biggelar, misionaris Belanda yang datang ke Pulau Samosir pada 1930-an.
Sepeninggal (alm) Tilhang Gultom, atas persetujuan keluarga Tilhang Gultom, perempuan kelahiran Desa Bunga Bondar, Sipirok, Tapanuli Selatan, ini memutuskan melanjutkan usaha pertunjukan opera Batak bernama Seni Ragam Indonesia alias Serindo tersebut. Untuk menghidupi sekitar 70 anggota, ia jual sebagian besar harta yang sempat dikumpulkannya selama menjadi maskot opera Batak semasa Tilhang Gultom. Sawah, tanah, serta perhiasan emas yang melingkari leher, lengan, dan pergelangan kakinya pun dilego. Serindo kembali menggelar pertunjukan keliling dari desa ke desa. Akan tetapi, ternyata “dunia luar” sudah berubah. Penontonnya sebagian besar sudah pergi ke pertunjukan dangdut dan televisi, sementara pajak tontonan dan “pajak” tak resmi dari oknum aparat membuat keuangan Serindo kelimpungan. Modal hidup terus terkuras, sampai akhirnya Zulkaidah menyerah. Tahun 1985 grup opera Batak Serindo ia kembalikan ke pemiliknya, keluarga (alm) Tilham Gultom. Sekitar 45 anggota yang masih tersisa akhirnya ia bubarkan. Hidup dari seni tradisi dan menghidupi seni tradisi, bagi Zulkaidah, ibarat dua sisi dari keping mata uang. Sejak bergabung sebagai tukang masak sampai pada satu masa menjadi tauke grup tersebut, opera Batak bagai sudah mengalir dalam darahnya. “Jadi seniman tradisional seperti kami ini, ya, ngeri-ngeri sedaplah. Bagaimana tak sedap, waktu di Jepang dan Amerika, semua orang hormat. Tidur di hotel mewah, makan tak kurang. Awak merasa kayak presiden saja, padahal cuma penjual kacang goreng,” ujarnya. “Tapi begitu pulang ke rumah, habis dari hotel mewah tidur di tikar. Air kadang tak ada, makan sehari-hari pun terancam. Belum lagi awak di-cemeh orang kampung. Ha-ha-ha…. Kadang-kadang awak berpikir, macam mana pula ini. Tapi sudahlah, darah kita kan sudah di kesenian….” (ken)
Biodata
Nama: Zulkaidah boru Harahap
Tempat Lahir: Desa Bunga Bondar, Sipirok, Tapanuli Selatan, tahun 1947
Pendidikan: Tidak tamat SD
Suami: Pontas Gultom alias Zulkarnaen
Anak:
- Nurjunita
- Nurjuniati
- Bandit
- Halijah
Read More

SMKN 3 Berbenah Menuju SMK Bertaraf Internasional

SMK N 3 terus berbenah menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Untuk memaksimalkan ketrampilan lulusannya, SMKN 3 memberikan pendidikan dan pelatihan (diklat) kepada guru-guru tentang Progam Kewirausahaan SMK Model dan Aliansi.
Kepala SMKN 3 Pematangsiantar, Dra Kartini A Batubara MM kepada METRO, Senin (14/2) di ruang kerjanya mengatakan, diklat yang dilaksanakan Jumat-Sabtu (11-12/2) di Siantar Hotel. Untuk kegiatan ini bukan saja ditujukan kepada guru-guru SMKN 3, tapi juga guru-guru di SMK Bintang Timur, SMK Parbina, dan SMKN 1 Pematangsiantar yang ke seluruhannya lebih kurang 100 orang.
Usai diklat, bebernya, program kewirausahaan kepada guru-guru SMK ini, peserta memahami indikator RSBI, memahami konsep pendidikan kewirausahaan di SMK, dan teaching factory, serta mampu mengidentifikasi potensi sekolah dalam implementasi kewirausahaan. Kemudian memahami konsep dalam memulai bisnis serta mampu menyusun action plan pengembangan bisnis di SMK. Lebih lanjut, Dra Kartini A Batubara MM, menambahakn SMKN 3 sebagai SMK Model mempunyai aliansi yakni SMK Bintang Timur, SMK Parbina, dan SMKN 1 Pematangsiantar. Guru BP dan tenaga kependidikan penanggungjawab KBM Kewirausahaan, penanggungjawab TF SMK Model dan Aliansi serta kepala program keahlian dan penjab Bengkel. “Kami sengaja mengundang pembicara dari P4TK, agar SMKN 3 sebagai SMK Model dan SMK Bintang Timur, SMK Parbina, dan SMKN 1 sebagai Aliansinya, dapat meningkatkan program kewirausahaan di sekolah masing-masing menuju sekolah RSBI,” tambahnya.
Acara mengundang pembicara dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (P4TK) Medan, Drs JRF Sitinjak tentang ruang lingkup Progam Kewirausahaan SMK Model dan Aliansi dengan indikator keberhasilan RSBI, Konsep kewirausahaan SMK, memulai dan pengembangan bisnis.
Read More

NHKBP Martoba Rayakan Valentine

Naposo (Muda-mudi,red) Huria Kristen Batak Protestan (NHKBP) Martoba Sektor II Pematangsiantar, Senin (14/2) malam, merayakan Valentine Day (hari kasih sayang, red. Perayaan digelar dalam kesederhanaan dengan pernak-pernik valentine dan saling bertukar kado, dan memecahan balon secara bergantian.
Ketua NHKBP Sektor II, Roy Sidabalok kepada Metro mengatakan, perayaan Valentine yang biasa dirayakan pada tanggal 14 Februari ini, adalah perayaan yang pertama kalinya dilakukan NHKBP Sektor II sebagai wujud cinta kasih seseorang, kususnya sesama NHKBP sektor II.
Perayaan ini juga dihadiri pendeta, sintua dan para orangtua di lingkungan sektor II. Artinya, perwujudan kasih sayang itu tidak hanya dikalangan sesama remaja. Tapi juga sesama orang tua, dan anak kepada orangtuanya. “Valentine day yang kita rayakan ini akan semakin bermakna, jika dalam kehidupan sehari-hari menjalaninya dengan cinta kasih. Uniknya, dalam perayaan kegiatan ini diwarnai berbagai permainan, yang membuat remaja dan para orangtua tertawa. Kasih sayang sifatnya kekal dan membuat segala sesuatunya berarti dan bermakna,” kata Roy pria berkaca mata ini.
Roy mengharapkan, dengan kegiatan ini, pemuda khususnya pemuda gereja, dapat menjauhi jenis narkotika lainnya. Untuk menjauhkan bebahaya tersebut, pihaknya juga membuat kebaktian remaja sekali dalam minggu. “Dengan kegiatan rutin, anak-anak diajak bergabung. Perlu juga dukungan dari orangtua, untuk memajukan perkumpulan remaja ini,” ungkapnya.
Read More

Valentine

Adakah Anda merayakan valentine kemarin? Mungkin iya, mungkin tidak. Valentine biasanya dirayakan oleh remaja. Valentine diterjemahkan secara umum sebagai hari kasih sayang. Apa sih valentine itu? Anda bisa membacanya di internet. Berbagai hal tentang valentine ada di sana. Kajian tentang valentine pun ada. Tapi kita tidak sedang membicarakan itu, mari kita bicara tentang bagaimana dahsyatnya valentine menyebar ke negeri kita Valentine bisa menyebar dengan cepat bukan karena media massa yang menyebarkan, karena media massa hanya melaporkan fenomena apa yang terjadi di tengah masyarakat. Artinya terlebih dahulu ada seseorang atau sekelompok atau gerakan yang mulai terasa masiv di tengah masyarakat untuk merayakan valentine.Pihak yang gegap gempita menangkap fenomena ini ialah pebisnis. Terlebih pebisnis yang produknya sesuai dengan orang-orang yang merasa perlu merayakan valentine.
Remaja atau orang yang menjelang dewasa menjadi kalangan yang biasanya merayakan valentine. Setelah dewasa bisa saja mereka tak lagi merayakan valentine. Maklum, karena bagi kita masyarakat Indonesia valentine sejatinya tidak mengakar kuat. Tidak ada sesuatu yang mengharuskan kita untuk merayakannya. Kita hanya terkena arus budaya global.
Tapi di sinilah ”kesaktian” itu terlihat. Meskipun tidak mengakar ada diantara kita merayakannya. Valentine menjadi sebuah budaya pop, yang seolah tidak gaul jika tidak ikut merayakannya. Tidak perlu sejarah darimana berasal, tidak perlu latar belakang untuk apa valentine diperingati. Yang jelas valentine menarik hati. Kemasan valentine begitu mempesona dengan warna merah muda yang menjadi simbol romantisme bagi wanita. Biar lebih gaul menyebutnya bukan merah muda tetapi pink. Pink bukan sekadar bahasa Inggris, ia menjadi simbol budaya pop, gaul abis, kata anak muda.Bisnis pun mengokohkan simbol sekaligus budaya itu untuk melariskan dagangannya. Ekonomi memang tidak mengenal batas ruang dan waktu, tidak perlu pula melihat ras bahkan agama. Dimana dagangan bisa laku di sanalah barang/jasa itu dijual. Bagaimana menge mas dagangan, itu menjadi sangat penting termasuk didalamnya budaya pop seperti valentine. Valentine senantiasa hidup sebab remaja senantiasa tumbuh, ada dan ada lagi.
Bahasan tentang valentine beraneka ragam. Ada pula yang membandingkan dengan hari kesetiakawanan nasional (HKSN) tapi mengapa HKSN tidak nge-pop seperti valentine? Kemasan yang tidak nge-pop yang menjadikan HKSN tidak membudaya di tengah masyarakat kita. Pebisnis pun tidak melihat HKSN menjadi sebuah ikon yang bisa untuk mengemas dagangan mereka. Dari namanya pun kurang menjual, susah untuk dijual.
Bisnis butuh gaya. Bahkan hari Ibu pun tidak bisa dijual. Banyak pebisnis yang menjual mother’s day dibanding Hari Ibu. Sama-sama memperingati penghormatan kepada seorang ibu, Hari Ibu tidak laku. Mother’s day lebih gaya dan nge-pop. Yang bikin gaya karena mengunakan istilah bahasa Inggris, masyarakat kita suka itu.
Bagaimana cara agar peringatan hari-hari nasional bisa nge-pop? Sebelum mencanangkan tanyalah pada pebisnis.
Read More

Lanjutan Sidang Dugaan Penipuan CPNS Labuhanbatu HT

Hakim Minta HT Milwan dan Istri jadi Saksi
RANTAU-METRO; Majelis hakim PN Rantauprapat, Kamis (17/2) memerintahkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) menghadirkan mantan bupati Labuhanbatu HT Milwan, beserta istrinya untuk dimintai keteranganya sebagai saksi dalam kasus dugaan pencaloan CPNS. Permintaan itu disampaikan, karena nama keluarga mantan ‘penguasa’ Labuhanbatu kerap dilontarkan terdakwa, dan saksi-saki dalam kasus percaloan tersebut.
Dalam siding kemarin, di hadapan Majelis Hakim yang diketuai Dedi SH, Anita SH, Benni SH, Saksi korban Maslinda Dalimunthe mengatakan, dia bersama Sopianto Nababan mendatangi terdakwa Onita Pasaribu di kediamannya. Saat itu, katanya, terdakwa mengatakan bisa memasukkan orang jadi CPNS melalui jalur Penyisipan, dengan syarat membayar Rp20 juta.
Setelah bertemu dengan terdakwa, Maslinda bertanya kepada Onita yang masih terhitung kerabatnya, tentang kebenaran informasi itu. Oleh terdakwa, dia diyakinkan agar tidak ragu jika memang berminat. Bahkan, kata dia, terdakwa mengatakan biaya sebesar Rp120 juta harus diserahkan sesegeramungkin untuk diserahkan kepada Adelina.
“Dia bilang uangnya harus segera dikasi, karena jatah Hj adelina tinggal 2, dan dia juga menunjukkan daftar nama-nama yang sudah mendaftar terlebih dahulu,” ujarnya, lantas mengatakan, dia menyerahkan uang tunai Rp5 Juta sebagai DP, dengan perjanjian sisanya akan dilunasi kemudian.
Tepatnya 29 Desember 2009, korban ditemani saudaranya kembali mendatangi rumah terdakwa untuk menyerahkan kekurangan uangnya sebesar Rp115 juta. Pada saat penyerahaan uang, terdakwa mengatakan kalau ia dekat dengan Adelina istri bupati.
Beberapa saat dirumah terdakwa, datang sebuah mobil berplat merah. Saat itu, katanya, terdakwa mengatakan yang membawa mobil itu adalah ajudan Adelina, yang datang untuk mengambil berkas, serta uang untuk diserahkan kepada Adelina guna pengurusan CPNS itu.
Kemudian kata korban, pada 6 Januari 2010, terdakwa datang kembali meminta uang Rp6 Juta, untuk biaya penempatan kerja korban, yang konon telah menang CPNS. “Saat dia minta uang Rp6 Juta itu, saya kasih saja, karena katanya saya sudah lulus,” tukasnya.
Sementara itu, saksi dr Julius karena memberi keterangan bertolak belakang dengan keterangan Sopianto Nababan dalam persidangan sebelumnya. Bahkan karenanya, majelis hakim menskors sidang hingga Senin, untuk memanggil kembali saksi Sopianto Nababan untuk dikonfrontir dengan saksi dr Julius. Karena menurut hakim, salah satu saksi ada memberikan keterangan palsu dalam persidangan.
Sebelumnya. Sopianto Nababan dalam keterangan mengaku mengenal terdakwa Onita Pasaribu karena dikenalkan saksi dr Julius. Sopianto Nababan mengatakan kalau terdakwa bisa mengurus masuk menjadi CPNS melalui jalur penyisipan karena pada tahun sebelumnya sudah ada 3 orang yang masuk menjadi PNS melalui jalur yang sama. Namun, keterangan saksi dr Julius dalam persidangan menyebutkan, tidak pernah mengatakan kalau dalam tahun sebelumnya sudah ada 3 orang yang diterima menjadi PNS melalui jalur penyisipan.
Sebagai mana pernah diberitakan, terdakwa terdakwa Onita Pasaribu (47), warga Jalan Dewi Sartika, Gang Pendidikan No.06, Kelurahan Sioldengan, Kecamatan Rantau Selatan, Kabupaten Labuhanbatu, berawal dari Hj Elly yang mengatakan bahwa ada jatah ibu Bupati Labuhanbatu, Hj Adelina HT Milwan, sebanyak 7 orang untuk dimasukkan sebagai CPNS tahun 2009 melalui program penyisipan CPNS. Pengumuman penerimaannya akan bersamaan dengan pengumuman penerimaan CPNS jalur umur yang diumumkan bulan Desember 2009 dan bekerja mulai April 2010.
Read More

Bela Susu Formula Menkes Siap Mundur

JAKARTA-Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menolak mengumumkan merek susu formula berbakteri kepada publik. Walaupun konsumen memenangkan gugatan untuk mengetahui merek susu yang tercemar bakteri Enteronacter sakazakii di Mahkamah Agung (MA), tapi kedua lembaga itu tetap mati-matian mempertahankan diri. Bahkan, ketika didesak oleh para wakil rakyat di Komisi IX DPR RI, Menkes justru mengancam akan mundur dari jabatannya.

”Boleh, boleh, boleh. Saya, kan, juga enggak kepengen karena enggak pernah mengajukan diri (Menjadi Menkes, Red),” katanya usai hearing di Gedung Nusantara DPR RI kemarin (17/2). Rapat berlangsung marathon selama lima jam tanpa menghasilkan keputusan signifikan.

Endang mengatakan siap mundur dari jabatannya jika dinilai tidak layak menyelesaikan persoalan susu formula yang disebut mengandung Enterobacter sakazakii. Pernyataan itu menanggapi tuntutan anggota Komisi IX DPR, Rieke Dyah Pitaloka. Politisi PDI-P itu menegaskan bahwa pemerintah, dalam hal ini Menkes dan Kepala BPOM memiliki tanggung jawab penuh dalam mengungkap merek-merek susu formula bubuk yang disebut IPB tercemar bakteri penyebab penyakit meningitis. Apalagi penelitian itu telah dirilis sejak 2008. ”Ini bukan hanya masalah pejabat terkait tetapi juga ada di pemerintah. Jika tak bisa selesaikan, ya mundur saja,” kata Rieke

Rieke menegaskan, persoalan ini tidak bisa dipandang sepele. Dia menyesalkan sikap IPB, sebagai pihak yang merilis hasil penelitian namun terus mengelak. Sepanjang rapat, Rieke mendesak pemerintah dan IPB mengungkap hasil penelitian.

Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB I Wayan Teguh Wibawan menegaskan, penelitian itu dilakukan Sri Estuningsih pada tahun 2003-2006 dengan sejumlah sampel susu formula. Penelitian itu sebenarnya tidak ditujukan menentukan susu mana saja yang mengandung Enterobacter sakazakii, melainkan untuk melihat pengaruh bakteri terhadap hewan inangnya. Wayan mengatakan, riset tidak bertujuan sebagai surveillance atau mencari tahu mana saja susu formula bubuk yang mengandung bakteri tersebut.

”Bukan mencari berapa persentasenya. Untuk diketahui faktor keganasannya terhadap induk semang dengan menggunakan anak tikus sebagai hewan inangnya,” katanya.

Wayan menyebutkan bahwa produk-produk susu yang dijadikan 22 sampel pada penelitian tahun 2003-2006 memang diketahui mengandung Enterobacter sakazakii. Namun, ketika penelitian digelar kembali pada tahun 2009 dengan 42 sampel dari sejumlah produk susu yang sama, Wayan mengatakan tak satu pun sampel menunjukkan kandungan bakteri ini. Begitu diperoleh faktanya, Wayan mengatakan, peneliti dan sejumlah staf IPB sudah mempresentasikannya secara ilmiah dan langsung kepada pemimpin perusahaan produk susu yang dimaksud. ”Kita kasih tahu, supaya ada perubahan ke depannya. Dan itu sudah kami lakukan demi perbaikan produk,” kata Wayan.
Sepanjang rapat para wakil rakyat terus mendesak IPB agar membuka data. Namun, karena tidakmendapat tanggapan Rieke pun melakukan walk out. Aksi itu kemudian disusul oleh seluruh anggota Fraksi PAN yang ada di Komisi IX yang digawangi oleh A. Riski Sadig. “Saya menyesalkan alasan Kemenkes yang berdalih tidak bertanggungjawab atas penelitian itu. Apa itu maksudnya?” kritik Riski dengan nada tinggi.

Riski menilai pernyataan Menkes yang beralasan tidak mengetahui sama sekali tentang merek dan jenis susu formula dinilai tidak mencerminkan keberpihakan kepada rakyat. FPAN, kata Riski, menegaskan tidak akan bertanggung jawab atas apapun hasil rapat kerja tersebut. Menurut dia, ketiga lembaga tersebut telah melawan hukum, dengan tidak bersedia memenuhi amar putusan ma nomor: 2975 k/pdt/2009. ”Ketiga lembaga tersebut juga tidak menghargai martabat dan kewenangan dewan perwakilan rakyat,” terangnya.

Karena sejumlah anggota dewan melakukan walkout maka Wakil Ketua Komisi IX Ahmad Nizar Shihab pun meminta agar rapat dengar pendapat diulang pada Senin pekan depan. Harapannya, rektor IPB bisa dihadirkan untuk memberikan keterangan di depan wakil rakyat.
Read More

Bintang Porno Kena HIV, Produksi Film Berhenti

PRANCIS- Derrick Burts, aktor film porno, yang positif mengidap HIV meminta agar produser film porno menghentikan sementara produksi film dewasa mereka. Dia meminta agar seluruh produser mewajibkan para pemainnya menggunakan kondom. Burts mengaku baru bekerja beberapa bulan dalam industri film porno ini. Dia sangat terkejut saat dinyatakan positif mengidap AIDS. Demikian ditulis AFP, Rabu (9/12).

“Faktanya jarang sekali kondom digunakan dalam industri film porno. Padahal pekerjaan ini sangat berisiko tertular HIV,” ujar Burts. Burts mengaku tidak ingin ada bintang film porno lain yang tertular. Dia berbicara di media dengan alasan ingin menyadarkan rekan-rekannya soal bahaya yang mengintai mereka. “Para produser juga harus melakukan tes kesehatan yang lebih baik,” kritiknya.
Read More

Merajut Hidup dengan Bambu


Lelaki tua berkacamata itu menghadap tampah yang belum selesai. Di sekelilingnya bambu-bambu yang telah dibersihkan dan dipotong tergeletak. Cekatan tangan ringkihnya menganyam bambu itu menjadi tampah. Sementara, di ruang rumahnya yang lain, tumpukan tampah yang telah jadi siap dilepas kepada pembeli.

Ya, begitulah kegiatan sehari-hari Abdul Rahman (67). Membuat tampah dan kerajinan bambu lainnya memang wajib dia lakukan untuk menghidupi keluarganya. Memiliki banyak anak baginya adalah sebuah rezeki. Dan, menghidupi serta menyekolahkan delapan anak yang dimilikinya adalah sebuah usaha. Putus asa pun harus dibuangnya dari kamus hidup.

Ya, banyak orangtua yang tak mampu menyekolahkan anaknya karena berpenghasilan rendah. Namun, Abdul Rahman yang merupakan warga Jalan Bangau, Lingkungan IX, Kelurahan Mencirim, Kecamatan Binjai Timur, tak mau menyerah dengan keadaan. Untuk menghidupi dan menyekolahkan delapan anaknyanya, sejak tahun 1980-an ia pun membuat kerajinan bambu.

Upaya Abdul Rahman untuk menyekolahkan delapan orang anaknya memang dapat patut mendapat apresiasi positif. Pasalnya, ‘hanya bambu’, ia dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi. “Kalau tak buat tampah, badan bisa pegal-pegal,” buka Abdul Rahaman kepada Sumut Pos belum lama ini.

Keahlian Abdul Rahman membuat kerajinan tampah dari bambu itu sudah didapatnya sejak kecil saat ia tinggal bersama orang tua dan empat orang adiknya. Bahkan saat berumur belasan tahun, Abdul Rahman sudah ditinggalkan oleh kedua orangtuanya dan harus menghidupi empat adik yang masih kecil-kecil. Karena itulah, Abdul Rahaman kecil tak memiliki sejarah pendidikan yang tinggi. Dirinya tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Ia berhenti di bangku Klas VI Sekolah Rakyat (SR). Keadaan itu membuat Abdul Rahman habis-habisan. Dirinya pun tidak bisa mengandalkan pekerjaan membuat bambu semata. Dia harus mencari pekerjaan lain demi kehidupan adik-adiknya. Dia bekerja serabutan sambil terus membuat tampah. Intinya, di mana orang membutuhkan tenaga, maka dirinya siap bersedia.

Umur Abdul Rahman semakin bertambah. Abdul Rahman menikah dengan seorang gadis yang bernama Rinta Wati. Menariknya, keempat adiknya pun berhasil dia nikahkan. “Setelah semua adik saya menikah, saya merasa senang sebab tanggung jawab saya sudah lepas. Sekarang, bagaimana saya bisa menghidupi keluarga,” kenang Abdul Rahman.

Nah, setelah keempat adik Abdul Rahman hidup bersama keluarganya masing-masing, akhirnya Abdul Rahman mencoba terobosan baru. Abdul Rahman memberanikan diri bermain buah sawit dan saat itu dirinya sempat berhasil. Namun, semakin lama usaha itu dilakoninnya, semakin banyak juga saingan. Untuk selanjutnya, Abdul Rahman dan istrinya membeli becak dayung untuk berjualan buah pisang ke pasar Kota Binjai. Dan, usaha ini ternyata sempat membawa Abdul Rahman dan keluarganya sedikit mapan.

Sayang, cobaan kembali menghampiri Abdul Rahman. Istrinya jatuh sakit pada 2006 lalu saat mengandung anak terakhirnya. “Semenjak istri saya sakit, kami tidak bisa jualan. Akhirnya, lapak jualan diambil orang dan langganan kamipun sudah entah kemana. Dikarenakan umur sudah tua, akhirnya saya kembali membuat kerajinan ini sampai sekarang,” ungkap Abdul Rahman.

Membuat tampah dari bambu, kata Abdul Rahman, hanya dapat untuk memberi makan delapan orang anak dan istrinya. Sementara, untuk membiayai sekolah anak terpaksa meminjam uang dari koperasi keliling. “Memang saya dari dahulu sudah berniat agar anak saya semuanya dapat sekolah, paling tidak sampai tamat SMA. Syukur, semua anak saya dapat sekolah sampai tamat SMA dan saat ini satu orang anak saya masih sekolah di perguruan tinggi,” ujarnya.

Abdul Rahman bercerita, pada masa dahulu, kerajinan bambu ini harganya cukup murah, hanya Rp1000. Bahkan, untuk menjualnya juga susah. Terkadang, tampah yang dibawa ke pasar tidak laku. “Menyikapi hal itu, saya tetap sabar dan terus berusaha Sebab, itulah tanggung jawab sebagai orangtua,” ujarnya.(dan)



Jadikan Pekerjaan sebagai Ilmu

Abdul Rahman, yang sejak kecil sudah merasakan kehidupan pahit, tidak ingin kehidupannya itu kembali dirasakan oleh anaknya. Ia pun selalu memberi semangat dan nasehat kepada delapan anaknya tersebut agar bangkit dari kehidupan pahit dengan kerja keras tanpa memandang pekerjaan.

“Setiap kali anak saya meranjak dewasa, saya selalu memberi nasehat agar tetap hidup semangat dan jangan memilih-milih pekerjaan. Jadikanlah setiap pekerjaan itu sebagai ilmu tanpa memikirkan imbalannya terlebih dahulu. Hal inilah yang selalu saya sampaikan kepada anak saya,” ungkapnya.

Di umurnya yang sudah terbilang renta, Abdul Rahman memang masih terlihat semangat. Sampai saat ini, ia tetap mengerjakan tampah. Namun, untuk saat ini, Abdul Rahman sudah dapat sedikit bernafas lega. Sebab, kedelapan anaknya sudah dewasa dan dapat membantunya membuat kerajinan bambu yang bersejarah itu.

“Pekerjaan bambu ini yang berat hanya satu. Yakni, mengambil bambunya kita harus pergi ke hulu sungai. Kalau dulu saya hanya seorang diri, tetapi sekarang segala sesuatunya saya sudah banyak dibantu oleh anak-anak saya. Mulai dari mengambil bambu, membelah bambu, bahkan sampai menyelesaikan 30 buah tampah satu harinya,”ucapnya.
Semangat yang dimiliki Abdul Rahman, ternyata diambil dari kata-kata orangtua terdahulu. Dimana, setiap anak itu adalah rezeki dan memiliki rezeki. “ Tentunya dengan kerja bersungguh-sungguh, semangat, dan tetap berdoa kepada sang pencipta,” pungkasnya.
Read More

Mereka yang Tak Pernah Kembali

CERPEN
Seminggu ini warga Kampung Nelayan sibuk menggali pemakaman untuk menguburkan jasad suami-suami mereka. Alhasil, hampir tiap malam, ba’da Isya, warga akan segera memenuhi mushola di ujung tebing untuk melakukan shalat gaib. Sesungguhnya mereka hanya akan berdoa buat siapapun yang tak pernah mereka temukan lagi.

Di Kampung Nelayan yang gerbangnya diciptakan oleh angin dan aspalnya tak lebih dari sekadar pasir putih yang mudah lapuk; hanya tersedia beberapa bangunan yang masih utuh. Sisanya cuma puing-puing gubuk dan bekas-bekas tenda pengungsian yang sudah berubah fungsi menjadi alas tidur dan pakaian. Keriuhan yang kadang terjadi akibat orang-orang yang saling melelang ikan tak terlihat lagi. Lantas, kampung ini tak pernah disinggahi orang kecuali anggota reserse atau tim SAR.

Sementara, di ujung batas langit, tak ada lagi sisa-sisa siluet yang terhubung antara Kampung Nelayan dengan mata pencaharian yang sebentar lagi juga bakal remuk redam. Tak ada yang diharapkan kecuali mimpi. Meski mimpi itu berulang kali melarikan diri dari kenyataan. Kenyataan pahit Sawitri yang ironisnya tak pernah mau ikut dalam shalat gaib.
“Melakukan itu sama artinya mendoakan suami-suami kita meninggal!” katanya pada orang-orang di pasar.

Lantas ia pergi tanpa membawa apapun kecuali kemarahan yang tiap kali mencengkeram kepalanya. Dadanya sekarang sesak oleh nikotin yang ia tabung setiap sore. Sore, di tepi pantai yang surut. Di antara kehidupan yang lari, dan kehidupan yang tak pernah ia jalani sebagaimana seorang isteri.
Karena bulan lalu, ia barusan menikah. Dan sekarang, pernikahan itu harus diakhiri–diawali, mungkin–dengan penantian yang berat. Dan terkadang sangat menyakitkan.

Persoalan mengenai kepercayaan mungkin menjadi persoalan yang berat. Tapi ia adalah wanita perkasa yang bahkan mampu memikul gunung sekalipun. Sore yang ia rasakan mungkin lebih berat ketimbang gunung. Tapi nyatanya, ia memang selalu memberikan kesempatan bagi sore yang tiap hari datang. Sebuah warna sunyi di balik burung-burung camar yang menghilang di tengah kosmos yang tengah terancam.

Baginya, tak peduli apakah yang datang itu anggota reserse, tim SAR, pejabat, atau Presiden. Ia hanya memperdulikan satu hal dalam hidupnya. Ia yang diharapkan kembali nyatanya tak pernah kembali. Juga bersama puluhan isteri yang tertinggal begitu saja tanpa surat ataupun ciuman di pipi.

“Ah, mereka sama sekali tak memberikan kenyataan. Yang aku tahu, mereka hanya menyodorkan kata-kata untuk membela kebodohan mereka. Nyatanya, buat apa mereka datang kalau tidak untuk menyalami para warga yang sedang berduka di sini. Apa? Semua itu cuma lelucon yang akan mereka tertawakan setelah mereka berada di kantor.” Ia meracau lagi.
Selalu begitu.

Setiap sore. Setiap sore yang akan berakhir dan ia tak menemukan apapun kecuali langit yang mulai gelap. Sawitri adalah sebagian kecil dari langit yang gelapnya serupa kiamat. Setidaknya bagi orang lain. Apalagi jika ia sudah hilang kendali, maka pasirpun akan kehilangan bentuknya jika kakinya berpijak. Semua menjadi bentuk yang asing. Tidak ada karangan bunga. Tidak ada ucapan belasungkawa. Karena ia telah menenggelamkannya.

***
Hari itu yang datang adalah kepala reserse. Ia dan dua anak buahnya tidak langsung menemui kepala desa. Mereka bahkan tak memalingkan wajahnya pada warga. Yang mereka lakukan adalah jongkok di tepi pantai. Meraba garis-garis pasir. Lalu kembali lagi ke mobil dan pergi. Tak ada siapapun yang tahu kegiatan itu.

Dan malamnya, setelah shalat Isya, shalat gaib itu masih dilaksanakan. Kebanyakan dari mereka adalah wanita. Dan yang menjadi imamnya selalu, Pak Khidir. Kepala desa dari negeri seberang yang tak pernah dikenal wujudnya. Sebuah negeri seribu lautan yang merasa terancam oleh ulah para nelayan.

Sementara di tepi pantai–tidak seperti biasanya–Sawitri berjalan penuh ketenangan sambil menikmati suara takbir Pak Khidir dari kejauhan. Mushala yang terletak di atas tebing yang tak terlalu tinggi jadi mudah terlihat oleh siapapun. Dari situ siapapun orangnya akan bisa mengetahui bahwa bangunan itu adalah pura yang dijadikan mushola oleh warga Kampung Nelayan. Karena persis di depannya ada gapura Hindu dan ada semacam dupa yang sekarang sudah hancur.

Pemakaman yang ada hanyalah sebidang tanah yang tak terlalu luas. Indah. Dan sangat berair jika tanahnya digali. Sangat sulit menguburkan jenazah di sana karena dekat dengan deburan ombak. Maka, kebanyakan dari warga akan pergi sejauh lima kilometer dari kampungnya untuk menguburkan jenazah keluarganya.

Sejauh ini, sudah ada sekitar dua puluh wanita yang memesan kapling entah buat siapa. Kapling yang selalu siap jika sesuatu tersiar ke kuping mereka. Sawitri kelak menjadi wanita satu-satunya yang tak pernah memesan kapling pemakaman. Ia bahkan tak pernah memikirkannya. Pikirannya adalah debur ombak sepanjang garis pantai. Sepanjang kepalanya masih berada di tempatnya dan sepanjang ia masih bisa berbicara. Maka ia tak pernah mendengarkan kata-kata dari orang lain.

Bahkan sebenarnya Sawitri tak pernah tahu siapa yang ditunggunya. Karena ia bukan seorang isteri. Juga tak dimiliki oleh lelaki manapun. Tapi ia sadar ketika sesorang kembali, maka dia akan mengabarkan padanya bahwa ada lelaki yang ingin melamarnya. Selebihnya tak ada selain kebodohan yang berasalan dari dirinya sendiri. Sebab angin hanya berputar di sekitar kepalanya. Membuat bisikan-bisikan dari tengah laut yang tak kan pernah terdengar olehnya. Seperti bisikan-bisikan omong kosong.

Gelombang rendah yang menyapu kakinya seolah terpancar dari sebuah mulut gua terdalam. Entah dari mana. Ombak kecil yang saling menyambut melintas di benaknya. Lalu dari kejauhan, Sawitri melihat siluet kapal nelayan. Berikut suara gemuruhnya yang mengejutkan. Orang-orang secara tiba-tiba berlari dari belakangnya. Entah sejak kapan mereka berada di situ.

Sawitri begitu terkejut melihat orang-orang–terutama wanita–telah mengerumuni kapal nelayan itu. Beberapa pria menggotong peti-peti ikan yang kelihatannya sangat berat. Terlalu lama Sawitri tak menyadari bahwa mereka sedang menyambut hadiah besar dari laut. Laut yang menyediakan sejuta mimpi hingga para isteri bisa bermesraan dengan suaminya setelah membeli ranjang baru.

Riuh orang-orang bahkan tak sempat membuatnya sadar, sebenarnya masih ada gelombang kedua yang datang. Lalu gelombang kedua itu seperti sebuah layar yang cukup terang dilihat Sawitri.

Dengan gambar yang menunjukkan bahwa saat itu shubuh. Saat tepat ketika para pria harus melaut mencari ikan. Sekitar empat wanita mendatangi beberapa pria kurus yang sedang mempersiapkan peti-peti dan jala-jala. Sebelum kapal itu didorong ke laut, maka, wanita-wanita tadi mencium pipi dan kening para pria. Lalu mereka pergi dan hanya tinggal siluetnya yang kemudian hilang secara perlahan.

Sawitri berlari. Karena ketika ia sadar, ia melihat seorang pria yang dikenalnya secara mengejutkan melihat ke arahnya. Dia bahkan tak sempat berpikir bahwa ketika itu gelombang ketiga mulai menghantamnya hingga kembali ke tepi pantai. Kali ini geombang yang cukup besar dan ia tak mampu menghadangnya. Bahkan memburamkan layar raksasa yang rapuh tadi. Dan filmpun berganti.

Maka, ketika gelombang kedua memperlihatkan pada Sawitri bahwa para pria pergi secepat sebagaimana biasanya, gelombang ketiga memperlihatkan alur yang kacau dan terlampau cepat. Sawitri hanya dapat mendengar suara angin yang cukup mengganggu. Sementara gambar mengenai wajah-wajah para nelayan itu tak juga kelihatan. Bayangkan, sebuah ombak, memperlihatkan ombak yang lain pada permukaannya. Seperti bioskop raksasa.

Dengan gerakan hati-hati, Sawitri mencoba menghamburkan bayangannya mengenai gelombang. Dan iapun terseret pada gelombang keempat yang lebih tinggi. Yang pada akhirnya membawa Sawitri pada dunia yang tak dikenalnya. Penuh air. Penuh ikan. Penuh kegelapan dan suara laut yang menyeramkan. Ia melihat dua pusaran air yang mengikuti bangkai-bangkai kapal yang melayang-layang.

Sementara ia tak pernah melihat para nelayan sejak itu. Sejak pertama kalinya ia melihat bahwa laut ternyata memiliki kehidupan lebih kritis ketimbang manusia. Melihat kenyataan bahwa laut adalah gua penuh khayalan dan sampah-sampah yang dibuang begitu saja. Karena melihat kenyataan yang menyeramkan itulah, ia kembali ke tepi pantai dan tak melihat apapun kecuali gelombang yang tenang.

Sebuah gelombang yang secara perlahan berbisik padanya, “mereka sudah pergi. Mereka tidak kembali. Mereka sudah pergi. Mereka tidak kembali.”
Sawitri menggelengkan kepalanya beberapa kali hingga angin menampar kepalanya beberapa kali juga. Dan sekali lagi, gelombang-gelombang yang tenang itu kembali memperingatkannya akan satu hal yang tak pernah ia ketahui, “mereka telah pergi. Tak akan kembali. Mereka telah pergi. Tak akan kembali.”

Di akhir episode, Sawitri menebas kenyataan menjadi sebuah jalan yang panjang. Ketika malam kembali berlanjut dan sore tak pernah ia tunggu lagi. Malam yang sunyi ketika ia telah menyiapkan mukenanya. Menyiapkan sarungnya. Dan ia tergesa-gesa menuju mushola yang terletak di tebing. Seperti sebuah pura ketika malam.
Di jalan, ia mungkin sadar bahwa tak seorangpun yang terlihat pada malam itu.

“Aku terlambat”
Ia menaikkan sarungnya di atas mata kaki. dan ia terlihat seperti orang yang berlari. Ia terlihat seperti ingin menghindar dari terjangan ombak yang mengerikan. Dan ketika ia mencoba untuk masuk ke dalam mushola, ia bahkan tak melihat sesuatu sedang shalat di sana. Ia tak melihat siapapun. Bahkan Pak Khidir yang biasa menjadi imam. Ia tak melihat warga sedang melakukan shalat gaib itu lagi.

Malam itu sunyi. Tak ada suara hiruk pikuk. Dari tebing yang hitam, Sawitri ternyata melihat orang-orang sedang bergerak menuju laut. Termasuk Pak Khidir. Dan dari kejauhan, meski hanya berupa siluet, ia melihat kapal nelayan menuju ke tepi pantai. Kapal nelayan yang sangat besar hingga mengangkut semua orang saat itu. Lalu, saat gelombang yang cukup besar berlabuh ke tepi, Sawitri sudah tak melihat apapun kecuali gelombang yang kembali tenang. Kecuali bayangan tentang orang-orang itu yang tak akan pernah kembali ke Kampung Nelayan. Karena itulah, pada akhirnya Kampung Nelayan hanya sebuah mitos mengenai kehilangan. Orang-orang telah pergi meninggalkannya. Termasuk Sawitri.
Read More

Menjala Ikan Patin, Menyantapnya Beramai-ramai


cerpen

Aku tidak tahu harus menjala atau memancing saja ikan patin. Saat kutanya “eyang” Google (demikian julukan yang diberikan temanku Antariksawan kepada Google, situs pintar di internet itu), kutemukan gambar seorang anak lelaki sedang memancing. Disebut eyang karena kakek biasanya sangat pintar, dibandingkan dengan diri
kita yang belia ini.

Namun, Pak Ismail bercerita di meja makan yang digandeng-gandeng sampai bisa menampung selusin pelahap di restoran atau warung ikan patin itu, ikan patin mempunyai kebiasaan aneh. Mereka berenang beramai-ramai ke hulu, dan selalu dibiarkan lewat begitu saja oleh para pencari ikan. Ikan-ikan itu bertelur di hulu, dan seusai bertelur barulah mereka kembali ke hilir. Saat itulah para pencari ikan patin menangkapnya. Saya kira untuk memasok sebuah restoran (atau warung) yang sangat dikenal sebagai restoran dengan menu utama ikan patin, mustahillah mereka manangkapnya dengan cara memancing. Saya kira hanya anak-anak yang melakukannya sebagai hobi, ikan patin yang sedang tumpah-ruah di sungai itu, hanya dipancing saja. Satu dua ekor ikan yang berhasil dipancing cukuplah memuaskan hatinya.

Katanya, telur-telur ikan itu akan hanyut ke hilir, dan menjadi ikan patin dewasa di bagian hilir sungai. Telur-telur itu berubah tumbuh menjadi ikan patin dewasa dan kelak akan bermigrasi kembali ke hulu sungai sebagaimana yang dilakukan oleh para leluhurnya dahulu.

Walau warung itu dikenal sebagai warung ikan patin, tentu saja tidak semata-mata menjual ikan patin. Hal ini jelas padaku ketika Pak Ismail bersama beberapa orang dari kami datang ke meja yang masih dipenuhi piring mangkuk kosong dan minta pelayan membersihkannya dan juga menambah dua meja lagi sebab masih ada sejumlah orang yang akan hadir di dalam jamuan makan itu. Hanya ada tiga perempuan yang hadir, yakni istri Pak Ismail, istriku, dan seorang pewarta muda yang bekerja di koran milik Pak Ismail.

Aku merasa mendapat kehormatan sebab di dalam jamuan makan siang itu dipertemukan dengan teman kuliahku di Fakultas Keguruan Sastra Seni di IKIP Malang. Sejak 39 tahun kami berpisah, kami tidak pernah berjumpa. Aku hanya tahu bahwa Hamidy pulang ke Pekanbaru dan bekerja di sana. Aku baca dari majalah (waktu itu belum ada internet) bahwa dia ikut di dalam program pelatihan penelitian di Aceh, yang setahuku merupakan program pelatihan penelitian yang bergensi.

Salah seorang pesertanya malahan menjadi profesor dan bergelar doktor di kampus yang sekarang sudah aku tinggalkan sebagai pensiunan guru besar, dan sepenuhnya menjadi penulis lepas untuk berbagai media, termasuk koran milik Pak Ismail. Aku juga dipertemukan dengan Husnu, penyair yang berasal dari Bali (malahan pernah tinggal di Singaraja), putera Pak Adnan, seorang pemuka agama yang bertahun-tahun menjadi ketua MUI Bali. Pak Husnu yang pertama kali menjemputku di bandara saat mas Budi yang seharusnya menjemput kami belum tiba karena jam kedatangan yang kuberikan padanya salah. Dilihat aku duduk di atas kursi roda, Husnu langsung menyapaku dengan menyebut namaku. Mungkin tampangku memang mudah ditebak sebagai tampang seorang tamu.
Karena aku juga tahu bahwa yang akan menjemput kami Mas Budi dan orang lain yang tahu soal itu adalah Husnu, langsung kusapa pula: “Mas Husnu ya?”

Gayung bersambut, dan dia setelah mas Budi datang, yang ikut mengantar kami ke Hotel Ibis.
Di atas meja yang digandeng tiga terhidang bukan saja ikan patin tetapi juga udang goreng, kerang rebus, dan beberapa jenis ikan lain. Mungkin ikan kucing (catfish), ikan selais atau ikan lain.

“Jangan cakap sudah ke Pekanbaru kalau belum makan ikan patin,” kata Pak Ismail.
“Oh, begitu?” kataku dalam hati.

Aku penggemar ikan bakar. Gde Artawan yang calon doktor (waktu itu) dalam perjalanan satu mobil ke Denpasar, mengatakan bahwa di pasar senggol Lapangan Mayor Metra ada pedagang ikan bakar yang ikannya selalu baru dan daging ikannya lembut. Hanya sekitar hari Purnama, yaitu hari saat bulan purnama, dia tidak berjualan sebab katanya tak ada ikan yang bagus.

Namun, lantaran lupa akan pesan itu, aku tetap ke sana dan ternyata ada ikan, hanya saja ikan barakuda, ikan ganas bertubuh panjang itu. Kata pedagangnya, ikan barakuda yang dipotong-potong dagingnya juga enak. Tentang barakuda aku pernah membelinya di warung khas ikan di Denpasar. Kalau kita masuk di sana, tanpa ditanya langsung disuguhi sop ikan dan sepotong ikan. Aku tidak tahu ikan apa itu.

Namun saat aku minta izin ke kamar kecil, aku melewati dapur dengan beberapa ember berisi ikan bertubuh panjang. Ketika kutanya, ikan apa itu, tukang masak di dapur menjawab: “Barakuda!”

Aku tidak pernah tahu ikan barakuda, namun nama itu tidak asing sama sekali bagiku. Puluhan tahun sebelumnya, ketika aku menerjemahkan novel karya Alistair Maclean berjudul South by Java Head yang kuterjemahkan menjadi Di Selatann Ujung Pulau Jawa, aku berkenalan dengan ikan barakuda yang suka menyerang sampan nelayan sampai sampan bocor. Novel yang kuterjemahkan tahun 1976 saat aku pulang dari Inggris dan kukirim ke koran Sinar Harapan, dan tak pernah dimuat sebab katanya naskah hilang saat koran itu pindah kantor. Aku penasaran sebab saat pergi ke Bandung aku menemukan novel tersebut berupa buku, entah terjemahanku atau terjemahan yang dicuri dariku. Lalu, tahun 1980 novel itu aku kirim ke Bali Post untuk memancing siapapun yang sudah membaca buku terjemahannya untuk memprotes. Sampai novel tersebut dimuat tamat, tidak ada protes, entah sebab tiras koran itu kecil atau sebab lain.

Namun, di atas meja makan di warung ikan patin, tidak dihidangkan ikan barakuda. Entah karena bukan saat bulan purnama ketika laut pasang, entah sebab lain. Mungkin kelezatannya dikalahkan oleh lezatnya ikan patin. Kukira itulah sebabnya, sebab aku benar-benar menikmatinya. Berkali-kali aku mengambil ikan patin yang lembut, tanpa sempat menjamah udang goreng, kerang atau ikan selais. Istriku berkali-kali memperingatkan, sebab baginya “kerakusan” ini memalukan. Namun aku benar-benar mengakui bahwa ikan patin memang lezat. Aku bisa pesan udang goreng nanti di Singaraja, tetapi di mana aku harus mencari ikan patin kalau tidak di Pekanbaru?

Ternyata, dari rubrik kuliner di koran yang aku langgan, ikan patin dapat dibeli di Jakarta. Dan ketika aku tanya eyang google, ternyata pedagang besar ikan patin ada di Singapura dan Malaysia. Nampaknya perairan sekitar Riau kaya raya dengan ikan laut yang mahal harganya. Maka tak mustahillah kalau nelayan dari negara tetangga suka mencuri ikan kita. Jeleknya lagi, mereka berani menangkap petugas yang menangkap mereka. Alasannya, kita suka makan suap.***

Singaraja, Hari Pahlawan 2010
Sunaryono Basuki Ks adalah sastrawan. Menulis cerpen, sajak, esai, novel dan telah diterbitkan dalam banyak buku. Tinggal di Singaraja, Bali.
Read More

Paus bukan Ikan


Penghuni terbesar lautan adalah paus biru. Hewan ini mempunyai berat lebih dari 150.000 kilogram dan panjangnya lebih dari 30 meter. Sebenarnya paus bukanlah ikan. Disebut “ikan” paus karena bentuknya mirip ikan saja, seperti halnya bintang laut bukan bintang dan kuda laut bukan sejenis kuda.

Paus termasuk mamalia karena memliki kelenjar susu, berdarah panas, melahirkan, dan peredaran darah tertutup. Selain itu bentuk “sirip” depan paus memiliki struktur tulang seperti mamalia, bukan seperti ikan.

Untuk bisa lebih membayangkan ukuran paus ini, coba lihat bangunan bertingkat lima, paus biru panjangnya sama dengan tinggi bangunan tersebut. Sementara itu, ingat bahwa berat paus ini sama dengan berat 25 sampai 30 ekor gajah.

Baiklah, bagaimana seekor paus raksasa dapat menyelam hingga kedalaman 800-1000 meter dan kembali ke permukaan dengan mudah? Sebagai contoh, bayangkan sebuah kapal dengan bobot 150 ton dan panjang 30 meter.(net/jpnn)
Read More

Batak: Penunggang Kuda

RUMAH ADAT: Rumah Adat Batak Toba, salah satu bukti kebesaran dan kekhasan budaya Batak.

Sejarahwan Unversitas Negeri Medan (Unimed) Phill Ichwan Azhari menyampaikan hasil penelitiannya di Jerman terkait etimologi (asal-usul kata) dan genealogi (asal-usul garis turunan) Batak. Simpulan Ichwan: Batak bukan berasal dari Batak sendiri, tapi dikonstruksi para musafir barat dan dikukuhkan misionaris Jerman yang datang ke tanah Batak sejak tahun 1860-an. Benarkah demikian?

Ilmuwan Batak yang juga Guru Besar Departemen Sejarah Unimed Prof Bungaran A Simanjuntak sedikit ‘gerah’ dengan publikasi Ichwan itu. Menurut Bungaran, tak perlu terlalu meyakini arsip-arsip di Jerman. “Belum tentu arsip-arsip di sana merupakan arsip yang valid, perlu dikonfirmasi ulang. Saya rasa kita tidak perlu terlalu menghebat-hebatkan arsip yang ada di sana,” katanya via telepon seluler, Kamis (18/11) lalu.

Bungaran menegaskan, asal-usul nama etnik Batak merupakan hasil dari budaya maupun sejarah di Sumut. “Batak merupakan satu kata dari bahasa Batak sendiri yang artinya penunggang kuda. Dari sisi inilah nama Batak ini muncul. Nama ini sudah sejak lama ada,” katanya.

Menurutnya, etnis Batak merupakan ras Mongolia Mansuria. “Awalnya kurang lebih 5000 tahun lalu, tentara Mongol berperang dengan bangsa Tar-tar, terpojok dan kemudian lari menuju Indonesia Bagian Timur melalui China. Para tentara Mongol ini pada saat itu mengendarai kuda, dan masyarakat di daerah Indonesia Bagian Timur (saat itu belum beretnis Batak) menamai tentara Mongol ini dengan ’Batak.’ Itulah awal nama etnik Batak,” tutur Bungaran.

Bukan Hal Baru

Bagi sebagian orang, hasil penelitian Ichwan itu mungkin mengejutkan. Tapi bagi sebagian lain, ini polemik yang sudah ‘basi’, sebab sudah sejak awal abad ke-20 pengertian dan asal kata Batak dipolemikkan. Sebutan atau perkataan Batak sebagai nama satu etnis di Indonesia, misalnya, sudah dibicarakan dalam beberapa penerbitan surat kabar pada tahun 1900-an. Sejumlah penulis ketika itu sudah berdebat, apa sesungguhnya pengertian kata (nama) Batak dan dari mana asal muasal kata itu?

Di suratkabar Pewarta Deli No. 82 tahun 1919, misalnya, polemik terjadi antara seorang penulis yang memakai nama samaran “Batak na so Tarporso” dengan J Simanjutak. Polemik yang sama terjadi di suratkabar keliling mingguan yang diterbitkan HKBP pada edisi tahun 1919 dan 1920.

Seorang penulis memakai inisial “JS” dalam tulisan pendeknya di suratkabar Imanuel edisi 17 Agustus 1919, akhirnya tampil sebagai penengah di antara silang pendapat yang ada. JS mengutip buku berjudul “Riwayat Poelaoe Soematra” karangan Dja Endar Moeda yang terbit tahun 1903, ada halaman 64 menulis: “Adapoen bangsa yang mendoedoeki residentie Tapanoeli itoe, ialah bangsa Batak namanya. Adapoen kata “Batak” itoe pengertiannya : oerang pandai berkuda. Masih ada kata Batak yang terpakai, jaitoe “mamatak”, yang artinya menaiki koeda. Kemoedian hari orang perboeatlah kata itoe djadi kata pemaki (plesetan) kepada bangsa itoe…”

Berdasarkan sejumlah referensi, umumnya kata Batak menyiratkan defenisi tentang keberanian atau keperkasaan. Menurut Ambrosius Hutabarat dalam catatannya di suratkabar Bintang Batak tahun 1938, pengertian Batak adalah orang yang mahir menaiki kuda, memberi gambaran pula bahwa suku itu dikenal sebagai suku yang berjiwa keras, berani, perkasa. Kuda merupakan perlambang kejantanan, keberanian di medan perang, atau kegagahan menghadapi bahaya/rintangan.

Bahkan, salah seorang pemikir Batak ketika itu, Drs DJ Gultom Raja Marpodang menulis teori bahwa suku Batak adalah sai-Batak Hoda yang artinya suku pemacu kuda. Asal-usul suku Batak berdasarkan teori adalah pendatang dari Hindia Belanda (sekitar Asia Tenggara sekarang), masuk ke pulau Sumatera pada masa perpindahan bangsa-bangsa di Asia.

Drs DJ Gultom bahkan bersusah payah melakukan serangkaian penyelidikan intensif seputar arti kata Batak dengan membaca sejarah, legenda, mitologi, termasuk wawancara dengan orang-orang tua, budayawan dan tokoh adat.
Beberapa perkataan “batak” antara lain ditemukan dalam hampir seluruh bahasa sub etnis Batak mulai Pak-pak, Karo, Simalungun, Mandailing dan Toba, yang pada umumnya bermakna heroik, tidak negatif. Berbagai penjelasan itu disampaikan untuk meluruskan anggapan seolah-olah ‘Batak’ adalah suatu aliran/kepercayaan tentang suatu agama yang dikembangkan pihak tertentu mendiskreditkan citra orang Batak ketika itu.

Namun dalam pemeriksaan Ichwan terhadap arsip-arsip di Jerman, penelusuran data di KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde atau the Royal Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies) di Belanda, sama sekali tidak ada penjelasan tentang defenisi Batak sebagai penunggang kuda, yang kemudian diplesetkan sehingga menjadi sangat peyoratif terhadap identitas kebatakan.

Pada sumber-sumber manuskrip Melayu klasik, memang ditemukan kata Batak di kalangan orang Melayu di Malaysia, tetapi sebagai label untuk penduduk yang tinggal di rimba pedalaman semenanjung Malaka. Tidak hanya di Malaysia, di Filipina juga penduduk pesisir menyebut penduduk pedalaman dengan streotip atau label negatif sebagai Batak. Tak mengherankan peneliti Batak asal Belanda bernama Van der Tuuk, pernah risau dan mengingatkan para misionaris Jerman agar tidak menggunakan Batak untuk nama etnik karena imej negatif pada kata itu.

“Di Malaysia dan Filipina penduduk yang diberi label Batak tidak mau menggunakan label merendahkan itu menjadi nama etnik mereka. Di Sumatera Utara label itu terus dipakai karena peran misionaris Jerman dan pemerintah kolonial Belanda yang memberi konstruksi dan makna baru atas kata itu,” katanya.

Dalam peta-peta kuno itu, baik peta bata lander yang dibuat peneliti Jerman Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, maupun peta-peta lain sebelum dan setelah peta Junghuhn dibuat. kata bata lander hanya digunakan sebagai judul peta tapi di dalamnya hanya nampak lebih besar dari judulnya nama-nama seperti Toba, Silindung, Rajah, Pac Pac, Karo, dan tidak ada nama batak sama sekali. Dalam salah satu peta kata Batak di dalam peta digunakan sebagai pembatas kawasan Aceh dengan Minangkabau.

Bermula dari Daniel Perret

Menurut salah seorang pengamat Kebatakan, Thompson Hs, penelitian Ichwan Azhari itu terkait dengan isu tentang Batak yang dilontarkan Daniel Perret dalam bukunya berjudul Kolonialisme dan Etnisitas Batak dan Melayu di Sumatera Timur Laut. Buku tersebut sudah diseminarkan oleh PUSSIS pimpinan Ichwan Azhari sendiri.
Dalam buku Daniel Perret, semua istilah Batak dicatat dalam tanda petik dan identifikasi “batak” dalam setting kolonial waktu itu merupakan bagian dari dikotomi antara melayu yang dianggap beradab melalui kesultanan dan keislamannya dan posisi orang-orang “batak” yang belum menganut Islam yang dianggap stereotip dari orang-orang yang tidak beradab.

“Peta dikotomi ini saya kira yang ingin diungkapkan kembali oleh Ichwan Azhari tanpa mengungkap posisi Melayu di Sumatera Utara. Kita tunggu saja sambungan penelitiannya,” ujar Thompson.

Menurut Thompson, hasil penelitian Ichwan itu juga terkait dengan kepentingan isu Batak yang diperdebatkan lagi oleh sebagian orang Karo belakangan ini. Dalam sebuah diskusi di Padangbulan baru-baru ini, identitas Karo dalam kaitannya dengan Batak, kembali digugat. Gugatan muncul dari seorang antroplog Karo, Juara Ginting. Juara mempertanyakan kembali latarbelakang kata Batak disematkan pada suku Karo. Menurut Juara, tak ada kaitan antara Batak dengan Karo. Juara tak setuju jika Karo dianggap Batak, sebab Karo punya standar adat-istiadat yang mandiri. Kalaupun ada kemiripan tidak bisa langsung diklaim, harus dilihat dari banyak sisi.

“Tentu saja orang Karo tidak harus menjadi Batak. Itulah mungkin dasar lain di samping argumen Juara Rimanta Ginting yang mengambil catatan-catatan lama secara umum. Lalu orang Toba sendiri juga bisa juga menganggap dirinya bukan orang Batak. Mamun masalahnya bukan di situ,” kata Thompson.

Masyarakat Mandailing juga menolak disebut Batak. Sebab Mandailing sudah diketahui sejak abad ke-14, menunjukkan adanya satu bangsa dan wilayah bernama Mandailing. Nama Mandailing tercatat dalam kitab Nagarakretagama yang mencatat perluasan wilayah Majapahit sekitar 1365 M.

Tapi ‘Batak’ sama sekali tidak disebut dalam kitab tersebut. Nama Batak itu sendiri tidak diketahui asal-usulnya. Ada yang berpendapat istilah Batak itu digunakan oleh orang pesisir seperti orang Melayu untuk memanggil orang di pedalaman Sumatra, Batak, sepertimana orang Melayu memanggil ‘orang asli’, Sakai dan Jakun.

Saat Belanda menguasai kesultanan-kesultanan Melayu, mereka bukan saja memasukkan kesultanan-kesultanan tersebut ke dalam sistem kolonial, tapi juga mengambil-alih pemisahan Batak-Melayu. Belandalah yang kemudian membatakkan bangsa/umat Mandailing dalam persepsi, tanggapan, tulisan-tulisan, dan sensus administratif Belanda.
Kembali ke hasil penelitian Ichwan. Menurutnya, konsep Batak dari misionaris Jerman semula digunakan kelompok masyarakat di kawasan Tapanuli Utara, tapi lebih lanjut dipakai Belanda menguatkan cengekraman ideologi kolonial.
Perlahan-lahan konsep Batak itu meluas dipakai Belanda termasuk sebagai pernyataan identitas oleh penduduk di luar daerah Toba. Peneliti Belanda kemudian merumuskan konsep sub suku batak dalam antropologi kolonial yang membagi etnik Batak dalam beberapa sub suku seperti sub suku Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Karo, Batak Simalungun serta Batak Pak Pak.
Read More